Jumat, 13 Januari 2017

Kisah Tiga Pengantin Baru Mati Mendadak di Kamarnya

Kisah Tiga Pengantin Baru Mati Mendadak di Kamarnya - Allah Ta'ala menciptakan manusia dibagi menjadi 2 jenis, yakni laki-laki dan perempuan. Tujuan dari itu semua adalah agar kita manusia dapat hidup berpasang-pasangan.

Berbicara tentang hidup berpasangan, jodoh sejatinya sudah ditentukan oleh Allah. Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi bahwa jodoh tersebut bertemu dengan cara yang baik atau dengan cara yang buruk, tergantung oleh pelakunya. Jika kita ingin memiliki jodoh yang baik, maka kita juga harus melaksanakan perintah-perintah yang telah ditentukan Allah serta menjauhi segala larangan-Nya.

Sama halnya dengan kisah Tiga Pengantin Baru Mati Mendadak di Kamarnya ini, yang menceritakan seorang wanita yang cantik namun belum berjodoh dengan tiga laki-laki. Hingga akhirnya Allah menurunkan laki-laki yang baik untuk dijadikan imamnya di dunia dan di akhirat. Berikut kisahnya!

Cerita Islami: Tiga Pengantin Baru Mati Mendadak di Kamarnya

Diceritakan bahwa Khalifah al-Ma'mun menagih seorang laki-laki Nashrani yang mempunyai hutang sebesar lima ratus dirham. Beliau menyuruh seorang penunggang kuda untuk mendatangi rumahnya. Setelah Nashrani ditangkap, si penunggang kuda membawanya untuk dilaporkan kepada Khalifah al-Ma'mun.

Dalam perjalanan, Nashrani dan penunggang kuda melihat seorang laki-laki yang sedang membawa seikat rumput di atas kepalanya. Karena besarnya ikatan rumput itu, berkali-kali ia miring ke kanan dan ke kiri.

Setiap kali laki-laki itu menegakkan seikat rumput di kepalanya, ia berkata: "Laa haula wa la quwwata illa billahi al-'aliyy al-'adzim."

Nashrani mengatakan: "Kalimat ini adalah kalimat yang agung." Setiap pembawa rumput mengucapkan kalimat itu, si Nashrani mengatakan: "Ini adalah kalimat yang agung."

Si penunggang kuda kemudian bertanya: "Engkau mengakui bahwa kalimat itu adalah kalimat yang agung, tapi mengapa engkau tidak beriman kepada Allah?"

Nashrani menjawab: "Aku telah mempelajari kalimat itu langsung dari Malaikat Langit."

Si penunggang kuda merasa heran mendengarkan perkataan itu, tetapi ia tidak meneruskan pertanyaannya. Keduanya meneruskan perjalanan untuk menghadap Khalifah al-Ma'mun.

Setelah sampai di hadapan Khalifah, si penunggang kuda menyerahkan laki-laki itu, dan menceritakan kata-kata Nashrani yang di dengarnya dalam perjalanan.

Khalifah bertanya kepada Nashrani: "Bagaimana engkau mempelajari kalimat Laa haula wa la quwwata illa billahi al-'aliyy al-'adzim langsung dari Malaikat?"

Nashrani menjawab dengan jawaban yang sangat panjang: "Aku mempunyai paman yang kaya. Pamanku mempunyai putri yang sangat cantik, aku melamarnya, akan tetapi di tolak.

Kemudian paman menjodohkan putrinya dengan laki-laki lain. Seusai pesta pernikahan, kedua mempelai di persilahkan masuk ke kamar pengantin. Di malam harinya secara mendadak pengantin laki-laki tersebut meninggal dunia.

Kemudian aku melamarnya lagi karena putri paman tidak bersuami, akan tetapi lamaranku di tolak lagi dan paman menjodohkannya dengan laki-laki lain (yang kedua). Seperti halnya dengan laki-laki yang pertama, setelah kedua mempelai masuk kamar, malam harinya pengantin laki-laki meninggal juga seperti yang pertama.

Setelah itu aku melamarnya lagi, akan tetapi lamaranku juga tidak di terima, kemudian putri pamanku di nikahkan lagi dengan laki-laki yang ketiga. Ia juga mengalami kejadian yang sama seperti suami pertama dan kedua yaitu meninggal secara mendadak ketika malam hari tiba. Kemudian pamanku menawarkan putrinya kesana kemari, namun tidak ada satupun laki-laki yang mau menerimanya karena takut mati. Setelah itu paman menikahkan putrinya denganku.

Sebagaimana yang sudah-sudah, seusai pernikahan, ketika aku memasuki kamar istriku, tiba-tiba datanglah syaitan yang sebesar gunung, ia berteriak dengan suara yang sangat keras seraya berkata: "Kemana engkau masuk?"

Aku menjawab: "Kepada istriku."

Syatan itu berkata: "Apakah kamu tidak tahu apa yang aku lakukan terhadap suami-suaminya sebelum kamu?"

Aku menjawab: "Iya, aku tahu."

Syaitan berkata: "Jika kamu rela, wanita itu menjadi istriku di malam hari dan menjadi istrimu di siang hari, jika tidak maka aku akan membunuhmu."

Aku menjawab: "Iya, aku rela."

Begitulah kejadiannya sehingga putri pamanku menjadi istriku di siang hari dan menjadi istrinya di malam hari dalam waktu yang cukup lama.

Kemudian pada suatu malam, syaitan itu berkata: "Pada malam ini aku akan pergi ke langit untuk mencuri suara-suara malaikat, padahal malam ini adalah giliranku, maukah kamu menemaniku naik ke langit bersama-sama."

Aku menjawab: "Iya, aku mau."

Kemudian syaitan itu berubah menjadi seperti unta, dan meminta kepadaku untuk naik di atas punggungnya. Aku pun melakukan permintaannya, kemudian ia terbang ke langit. Aku mendengar para malaikat mengucapkan kalimat: "Laa Haula wa la Quwwata illa billah." Ketika syaitan mendengar kalimat ini, ia membalik dan terjatuh seperti mayit dan aku pun terjatuh pula sepertinya.

Di waktu yang tidak lama ia sadar seraya berkata: "Pejamkan matamu." Aku pun memejamkan mata. Tiba-tiba aku sudah berada di depan pintu rumahku, lalu aku masuk menemui istriku dan berkata kepadanya: "Tutuplah semua pintu, jendela, dan lubang-lubang ventilasi ketika suamimu yang kedua berada di rumah ini!"

Pada waktu Isya', syaitan itu datang dan masuk rumah, kemudian istriku melakukan semua yang menjadi perintahku. Aku datang dan mendekatkan mulutku di pintu dengan mengucapkan kalimat: "Laa Haula wa la Quwwata illa billah." Aku mendengarkan suara gaduh yang amat sangat dari dalam rumah. Aku membaca kalimat itu lagi yang kedua dan ketiga. Tidak lama kemudian istriku memanggilku: "Masuklah suamiku!" Aku pun kemudian masuk.
Baca juga: Kisah Ahli Ibadah Mati Su'ul Khotimah
Kemudian istriku bercerita kepadaku: "Ketika engkau membaca kalimat itu yang pertama, syaitan berputar-putar mencari lubang-lubang pada dinding untuk melarikan diri dari rumah ini, tetapi ia tidak menemukannya. Ketika engkau membaca kalimat itu yang kedua, turunlah api dari langit, maka api itu mengepungnya. Ketika engkau membaca kalimat yang ketiga, syaitan itu terbakar sehingga menjadi abu. Sekarang kita telah diselamatkan oleh Allah dari bahaya syaitan yang di laknat.

Ketika Khalifah al-Ma'mun mendengar jawaban yang panjang dari Nashrani itu, ia melepaskannya dan membebaskan lima ratus dirham yang menjadi hutangnya.

Hikmah cerita: Inilah salah satu dari keutamaan membaca kalimat "Laa haula wa la quwwata illa billahi al-'aliyy al-'adzim

Kalimat “Laa haula wa la quwwata illa billah al-'aliyy al-'adzim” ini merupakan kalimat yang berisi penyerahan diri atas segala urusan kepada Allah. Seorang hamba takkan bisa mampu berbuat apa-apa dan takkan bisa menolak sesuatu, juga takkan bisa memiliki sesuatu kecuali Allah telah menghendaki. Semoga rilisnya kisah Tiga Pengantin Baru Mati Mendadak di Kamarnya ini bisa memotivasi kita semua.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon