Kisah Orang yang Menuruti Hawa Nafsunya - Hawa Nafsu adalah keinginan yang dimiliki oleh semua makhluk Allah terkecuali Malaikat memang diciptakan untuk patuh terhadap perintah semua Allah. Nafsu dibagi menjadi 2 bagian yakni nafsu baik dan nafsu buruk. Nafsu yang baik adalah nafsu yang tidak bertentangan dengan hati nurani serta perintah dan larangan Allah. Sedangkan yang dikatakan nafsu yang buruk adalah nafsu yang hanya untuk memenuhi keinginan pikirnya saja, tidak memikirkan perintah maupun larangan yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Seseorang bisa dikatakan kuat adalah mampu menjaga hawa nafsunya sendiri, sebab Rasulullah SAW pernah bersabda "Perang yang terberat adalah perang melawan hawa nafsu". Seseorang yang alim belum tentu dapat melawan hawa nafsunya. Terkadang mereka bisa saja tergiur oleh kenikmatan dunia sehingga ketika beribadah akan menjadi malas atau menunda-nunda.
Dan Cerita Islami yang berjudul Orang yang Menuruti Hawa Nafsunya ini akan menceritakan kehidupan seseorang yang akan pergi menunaikan haji kemudian tergoda oleh hawa nafsunya sehingga niat untuk beribadah pun tidak bisa terlaksana. Beriktu kisahnya!
Diriwayatkan dari Ibrahim bin Ad-ham r.a. bahwasanya ia berkata:
Pada suatu tahun aku pergi haji ke Baitullah al-Haram. Dalam perjalanan aku mendapati udara dingin yang amat sangat, kemudian aku berlindung di sebuah gua di pegunungan. Ketika aku berada di gua itu ada seekor singa yang sangat besar berjalan masuk gua mendekatiku. Setelah melihatku, ia bertanya kepadaku: "Siapa yang memasukkanmu ke tempatku tanpa izin?"
Aku menjawab:"Aku seorang pengembara yang terpisah dari kawan-kawan dan aku datang kepadamu sebagai tamu pada malam ini."
Kemudian seekor singa itu berpaling dariku lalu tidur di sampingku. Semalam suntuk aku membaca Al-Qur’an, tidak tidur sampai pagi. Ketika aku akan keluar dari gua, singa itu berkata kepadaku: "Wahai Ibrahim! Hindari rasa ujub, jangan sekali-kali engkau berkata: 'Aku tidur di samping singa, dan aku selamat darinya.' Wallahi, aku sudah tiga hari tidak makan apapun, seandainya engkau tidak mengatakan bahwa engkau sebagai tamuku, niscaya aku akan memakan tubuhmu sampai habis."
Mendengar perkataan singa itu, aku memuji kepada Allah dan pergi meninggalkan gua. Ketika telah selesai menunaikan ibadah haji, aku kembali menuju tempat peribadatanku. Selama aku beribadah nafsuku selalu menuntut aku makan buah delima. Tuntutan nafsuku selalu aku tunda dan aku tunda kurang lebih selama 20 tahun. Pada suatu malam nafsuku berkata kepadaku: "Wallahi, jika engkau tidak memenuhi keinginanku, aku merasa malas untuk beribadah."
Aku menjawab: "Wahai nafsuku, tahanlah keinginanmu itu, nanti setelah aku memasuki tempat yang ramai, aku akan memenuhi keinginanmu." Tiba-tiba hatiku cenderung menuju belantara. Disana aku melihat sebatang pohon, setelah aku dekati, ternyata pohon itu adalah pohon delima yang buahnya sangat lebat. Aku memetiknya satu butir, setelah aku makan, ternyata rasanya masam. Kemudian aku memetik lagi yang kedua, ketiga, dan keempat, kesemuanya terasa masam. Nafsuku berkata: "Aku tidak mau memakan delima kecuali yang manis."
Kemudian aku berjalan menuju tempat ramai. Disana aku bertemu seorang laki-laki didalam rumah kemah. Aku pun bertanya padanya: "Apakah engkau punya sebuah delima?"
Laki-laki itu memberiku sebuah delima. Setelah aku makan, ternyata terasa masam juga. Aku memberitahu kepada laki-laki itu tentang semua delima yang aku makan selalu terasa masam. Laki-laki itu menjawab: "Wahai Ibrahim! Hal itu semua adalah di karenakan karena engkau mentaati nafsumu, memberikan sesuatu yang menjadi keinginannya. Wallahi, aku berada di rumah kemah ini selama 40 tahun. Aku tidak pernah tahu mana delima yang masam atau yang manis."
Aku (kata Ibrahim) sangat heran mendengarkan perkataan laki-laki itu, dan aku pergi meneruskan perjalananku. Tiba-tiba aku bertemu dengan seorang pemuda yang diuji oleh Allah swt sakit lepra, jasadnya dilubangi oleh beberapa kumbang, dan belatung-balatung berjatuhan dari anggota tubuhnya. Dia selalu berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari semua ujian yang menimpa sebagian besar dari makhluk-Nya."
Aku pun merasa heran dari perkataan itu. Kemudian aku bertanya padanya: "Wahai anak muda! Apakah ada ujian yang lebih besar daripada ujian yang engkau terima?"
Pemuda itu memandangku seraya berkata: "Wahai Ibrahim! Gigitan kumbang adalah lebih baik dariku, daripada syahwat karena delima. Oleh karena Allah mengetahui bahwa engkau seorang hamba yang berpaling daripada-Nya. Maka Allah mengganti delima yang manis dengan delima yang masam."
Baca juga: Kisah Putra Raja yang Zuhud
Ketika aku mendengar perkataan itu, aku jatuh pingsan sesaat. Setelah sadar, aku bertanya kepada pemuda itu: "Wahai anak muda! Sekiranya engkau telah sampai pada maqam ini, kenapa engkau tidak memohon kepada Allah agar menyembuhkanmu dari penyakit-penyakit ini?"
Pemuda itu menjawab: "Wahai Ibrahim! Allah menguasai semua hamba-Nya, dan berbuat apapun yang di kehendaki pula. Banyak sekali hamba-hamba Allah yang sabar menerima ujian-Nya, dan rela apa yang menjadi keputusan-Nya. Wahai Ibrahim! Wallahi, seandainya Allah memotong-motong tubuhku sepotong-sepotong, maka tidak akan menambah pada diriku selain menambah cintaku kepada-Nya."
Aku sangat heran dengan perkataan pemuda itu dan kemudian meninggalkannya dan meneruskan perjalananku." Wallahu 'alam.
Hikmah cerita: Ini adalah salah satu contoh bahwa orang-orang yang dijumpai Ibrahim bin Ad-ham adalah kekasih Allah yang telah sampai pada maqam taslim, merasa cukup dengan apa yang diketahui Allah. Dan maqam tafwidl, yakni merasa rela dengan apapun yang menjadi keputusan Allah.
Sebagai muslim yang baik adalah mereka yang mampu melawan hawa nafsu mereka. Sebab nafsu sendiri cenderung mengajak seseorang untuk berbuat kemungkaran dibandingan berbuat kebaikan. Oleh karena itu, kita harus mulai belajar mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam hati kita agar tidak terjerumus ke dalam jalan yang di laknat Allah.
Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon