Kisah Ahli Ibadah Mati Su'ul Khotimah - Kematian adalah hal yang pasti dalam semua makhluk ciptaan Allah. Setiap yang hidup kelak pasti akan mati. Hal tersebut merupakan sebuah ketetapan yang sudah di atur oleh Allah SWT.
Kematian manusia dibagi menjadi 2 bagian, ada yang ditetapkan bahwa dirinya mati di atas kebaikan (khusnul khatimah) ataukah mati di atas keburukan (su’ul khatimah). Semua itu bergantung dari ketaqwaan kita kepada Allah. Muslim yang baik adalah muslim yang mampu menjaga ketaqwaan mereka sampai ajal menjemputnya.
Cerita Islami kali akan mengkisahkan seorang Abid (ahli ibadah) yang gemar melakukan shalat, puasa, berdo'a dan banyak menangis, namun ketika ajal menjemputnya ia mati dalam keadaan su'ul khotimah. Na'udzubillah. Berikut kisah Ahli Ibadah Mati Su'ul Khotimah.
Diriwayatkan dari Manshur bin Ammar al-Khurasani (wafat 225 H) bahwasannya dia berkata:
Aku mempunyai saudara fillah (teman akrab) yang selalu memperhatikanku baik di waktu suka maupun duka. Ia adalah orang yang aktif beribadah, senang bertahajjud di malam hari dan banyak menangis.
Pada suatu hari aku tidak bertemu dengannya pada suatu pertemuan. Aku bertanya-tanya akan tentang keberadaannya. Aku mendengar berita bahwa ia sedang sakit. Kemudian aku pergi menuju rumahnya, sesampai di rumahnya aku mengetuk pintu. Tiba-tiba putrinya keluar menemui aku seraya berkata: "Mau apa engkau datang kemari?"
"Katakan kepada ayahmu, bahwa teman ayah yang bernama Manshur bin Ammar ingin bertemu dengan ayah!" jawabku.
Putrinya masuk rumah menemui ayahnya, tak lama kemudian, ia pun kembali kepadaku seraya berkata: "Masuklah!" Aku pun kemudian masuk. Setelah sampai di dalam rumah, aku melihat temanku sedang terbaring di atas tanah di tengah-tengah lantai rumahnya. Aku melihat kondisinya berubah, wajahnya menghitam, kedua matanya membiru, dan kedua bibirnya membeku. Aku sangat mengkhawatirkan kondisi temanku itu. Aku pun berkata kepadanya: "Wahai saudaraku! Perbanyaklah membaca 'Laa ilaha illallah'."
Ia membuka kedua matanya, memandangku, kemudian pingsan. Setelah sadar, aku berkata lagi: "Perbanyaklah membaca 'Laa ilaha illallah'."
Ia membuka kedua matanya, memandangku dan pingsan lagi. Aku berkata lagi untuk ketiga kalinya: "Perbanyaklah membaca 'Laa ilaha illallah'. Bila tidak, aku tidak mau memandikan, memberi kafan, menshalati dan tidak mau menguburmu."
Ia membuka kedua matanya seraya memandangku dan berkata: "Wahai saudaraku, wahai Manshur! Itu adalah kalimat yang terhalang bagiku, sehingga aku tidak dapat mengucapkannya."
Ketika mendengarkan perkataan itu, aku mengatakan: " Laa haula wa la quwwata illa billahi al-'aliyy al-'adzim," dan bertanya: "Wahai saudaraku! Mengapa engkau tidak dapat mengucapkan kalimat itu, padahal engkau telah banyak melakukan ibadah shalat, puasa, menangis, dan berdo'a?"
Ia menjawab: "Hal itu semua aku lakukan bukan karena Allah, akan tetapi aku lakukan hanya ingin di lihat masyarakat, ingin tenar dan disebut-sebut sebagai orang yang ahli ibadah. Akan tetapi bila aku menyendiri didalam rumah, pintu aku kunci, tirai aku turunkan, kemudian aku minum khomer, dan melakukan berbagai maksiat di hadapan Tuhanku. Hal itu aku lakukan terus-menerus dalam masa yang sangat lama. Kemudian aku terkena penyakit yang amat sangat, hingga hampir menemui ajalku. Aku memanggil putriku dan menyuruhnya mengambilkan mushaf untuk aku baca. Setelah putriku mengambilkan mushaf dan memberikannya kepadaku, aku pun kemudian membacanya. Setelah sampai pada surat Yasiin, aku mengangkat mushaf seraya berdo'a:
"Wahai Tuhanku, demi haq surat Yasiin yang mulia dan demi haq firman-Mu yang qadim yang ada dalam mushaf ini, aku mohon Engkau memberi kesembuhan padaku, dan menghilangkan penyakitku, dan aku berjanji tidak akan mengulangi lagi bermaksiat kepada-Mu selama-lamanya."
"Setelah itu aku sembuh dan penyakitku hilang berkat karunia dari Allah. Ketika aku sudah sembuh dan sehat kembali, aku mengulangi lagi perbuatan-perbuatan maksiat, seperti: melakukan hal-hal yang tidak berguna, bermain-main, dan bersenang-senang seperti semula. Syaitan pun membuatku lupa atas perjanjianku terhadap Allah yang pernah aku janjikan. Sewaktu menyandang sakit, aku memohon kesembuhan, hal itu aku lakukan di masa yang lama. Akhirnya aku jatuh sakit kembali yang hampir-hampir menemui ajalku. Aku menyuruh keluargaku agar nengeluarkanku di tengah-tengah lantai rumah, dan minta di beri mushaf lagi untuk aku baca. Setelah aku membaca mushaf, aku berdo'a:
"Wahai Tuhanku, demi haq Al-Qur'an yang agung, aku mohon Engkau mau menyembuhkan aku, dan menghilangkan penyakitku, dan aku berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat selama-lamanya."
"Allah mengabulkan do'aku dan menyembuhkan penyakitku. Setelah aku sembuh dan sehat, aku mengulangi lagi perbuatan-perbuatan maksiat seperti dulu, sehingga aku jatuh sakit lagi. Aku menyuruh keluargaku agar nengeluarkanku di tengah-tengah lantai rumah seperti yang engkau lihat sekarang. Kemudian aku minta mushaf lagi untuk aku baca, ternyata dalam mushaf itu aku tidak melihat tulisan sama sekali walaupun hanya satu huruf. Maka aku mengerti bahwa Allah telah murka yang amat sangat padaku. Kemudian aku mengangkat pandanganku ke langit seraya berdo'a:
"Wahai Tuhanku, demi kemuliaan mushaf ini, aku mohon agar Engkau menyembuhkanku dan menghilangkan penyakitku, aku berjanji tidak akan mengulangi maksiatku, wahai Allah maha Pencipta langit dan bumi."
Baca juga: Kisah Seorang Baduwi Menjadi Teman Nabi SAW di Surga
"Ketika aku berdo'a seperti itu, tiba-tiba aku mendengar seseorang yang berkata dengan syair, namun aku tidak melihat siapa orangnya:
*Engkau bertaubat dari dosa-dosa ketika engkau menderita sakit, engkau mengulangi dosa-dosa itu ketika engkau sembuh.*
*Ketika ada bencana menimpamu, engkau menangis, alangkah keji perbuatanmu ketika engkau telah sehat.*
*Berapa kali Allah menyelamatkanmu dari beberapa kesusahan, dan berapa kali Allah menghilangkan bala' yang menimpamu.*
*Tidakkah engkau takut datangnya kematian wahai laki-laki! Sedangkan engkau terus-menerus melakukan kesalahan.*
*Engkau melupakan anugrah Tuhan Yang Maha Murah dan Kasih Sayang, engkau sama sekali tidak merasa takut, juga tidak memahami.*
*Sudah berapa kali engkau berjanji dan merusak perjanjian, dan engkau telah melupakan semua kebaikan Tuhan.*
Setelah mendengarkan semua perkataan temanku, aku berdiri dan keluar dari rumahnya. Kedua mataku terus-menerus mengeluarkan air mata. Belum sampai di rumah, aku mendengar berita bahwa temanku telah meninggal. Aku memohon kepada Allah agar wafat dengan khusnul khotimah, karena banyak sekali orang yang akan mati tertimpa malapetaka (su'ul khotimah) padahal sebelumnya telah banyak melakukan ibadah shalat dan puasa.
"Laa haula wa la quwwata illa billahi al-'aliyy al-'adzim. Innaa lillahi wa innaa ilahi roji'un. Ya Allah, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari malapetaka yang menimpa, murka dan siksa-Mu, wahai Allah Yang Maha Mulia dan Murah."
Hikmah cerita: Ini adalah salah satu contoh bahayanya amal ibadah yang tidak ikhlas karena Allah. Sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang terhadap hamba-Nya.
Bisikan syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Jika orang tersebut kuat imannya, maka ia akan selamat, akan tetapi jika orang tersebut lemah imannya, maka ia akan terjerumus ke dalam jalan yang sesat.
Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon