Minggu, 18 Juni 2017

Tafsir Surat An-Nahl Ayat 125 Tentang Kewajiban Berdakwah

Tafsir Surat An-Nahl Ayat 125 Tentang Kewajiban Berdakwah


1. Redaksi Ayat


ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

2. Makna Mufrodat

  1. Kata الْحِكْمَةِ atau hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan atau kekeliruan. Hikmah juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan/diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar.
  2. Kata الْمَوْعِظَةِ atau al-mau'idzah terambil dari kata wa'adza yang berarti nasihat. Mau'idzah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengatur kepada kebaikan. Dan bahwa mau'idzah hendaknya disampaikan dengan حَسَنَةِ atau baik.
  3. Kata جَادِلْهُمْ atau jadilhum terambil dari kata jidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalil mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh mitra bicara. Perintah berjidal disifati dengan kata ahsana, yang terbaik, bukan sekedar yang baik.

3. Terjemah


125. "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

4. Analisa Kandungan Ayat


Dalam pengertian etimologi, kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a-yad'u yang berarti mendorong, panggilan, seruan, mengajak, mengundang dan memohon. Menurut Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau mengubah sesuatu yang tidak baik kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

Ayat 125 surat An-Nahl, dipahami oleh beberapa ulama sebagai menjelaskan prinsip umum metode dakwah Islamiyah yakni terdiri dari tiga macam yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Ketiga metode itu disesuaikan dengan kemampuan intelektual masyarakat yang dipahami, akan tetapi secara prinsip semua metode dapat digunakan kepada msyarakat luas.

a. Metode Hikmah

Menurut Syeikh Musthafa Al-Maraghi dalam tafsir Al-Maraghi mengatakan bahwa hikmah adalah perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keraguan. Sedangkan menurut tafsir Kementrian Agama RI, dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenan dan rahasia, faedah dan maksud dari wahyu Ilahi, suatu pengetahuan yang cukup dari da'i, tentang suasana dan keadaan yang meliputi mereka, pandai memilih bahan-bahan pelajaran agama yang sesuai dengan kemampuan daya tangkap jiwa mereka sehingga mereka tidak merasa berat dalam menerima ajaran agama, dan pandai pula memilih cara dan gaya menyajikan bahan-bahan pengajian itu, sehingga umat pun mudah menerimanya.

b. Metode Mau'idzah Hasanah

Mau'idzah baru dapat mengena di hati sasaran bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya. Mau'idzah biasanya bertujuan mencegah sasaran dari sesuatu yang buruk yang dapat mengundang emosi baik dari yang menyampaikan, lebih-lebih yang menerimanya.

c. Metode Mujadalah (perdebatan)

Jidal (debat) yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan, dengan menggunakan argumen yang benar, lagi membungkam lawan serta menggunakan dalil-dalil walau hanya yang diakui oleh lawan.

Menurut Imam Ghazali dalam kitab Ilya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran (mujadalah, debat) hendaknya tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran.

Menurut tafsir Kementrian Agama RI, ayat 125 QS. An-Nahl, Allah SWT memberikan pedoman-pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah dengan meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari dalam mengemban tugas dakwah.

1) Allah SWT menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan menuju ridha Ilahi. Bukanlah dakwah untuk pribadi da'i (yang berdakwah) ataupun untuk golongan dan kaumnya.

2) Rasulullah SAW diperintahkan untuk menuntun manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata. Allah SWT menjelaskan kepada Nabi SAW agar dakwah itu dilaksanakan dengan hikmah. Hikmah itu mengandung pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu.

3) Allah SWT menjelaskan kepada Rasul-Nya agar dakwah itu dengan pelajaran yang baik, yang diterima dengan lembut oleh hati manusia namun berkesan di dalam hati mereka. Khutbah atau pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk menjinakkan hati yang masih liar dan lebih banyak memberikan ketentraman daripada khutbah dan pengajian yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan.

4) Allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi perbantahan atau perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, maka hendaklah Rasul membantah mereka dengan perbantahan yang baik.

5) Allah SWT menjelaskan kepada Rasulullah SAW bahwa ketentuan akhir dan segala usaha dan perjuangan itu, hanya Allah SWT sendiri yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia, bukanlah orang lain ataupun da'i itu sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui siapa diantara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada Allah) dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan, hingga dia jadi sesat, dan siapa pula diantara hamba yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga ia terbuka menerima petunjuk (hidayah) dari Allah SWT.

5. Kandungan Hikmah

  • Dakwah adalah kewajiban setiap muslimin, dengan mempertimbangkan siapa, apa dan dimana dilaksanakan.
  • Dakwah dilakukan dengan tiga metode, yaitu dengan hikmah (mengambil pelajaran dari kejadian yang ada), menggunakan ungkapan yang dapat menyentuh rasa dan perasaan sehingga dapat diterima oleh kebanyakan masyarakat dan mengadakan perdebatan dengan antusias, sopan dan rasional.
  • Terhadap mereka yang menghalangi atau bahkan mengolok-olok dan melecehkan ajaran Ilahi, hendaknya dilakukan dengan sabar dan bersinambung serta memperlakukan dengan penuh kesopanan dan dibalas dengan yang lebih baik.
  • Pendakwah harus dibekali dengan pengetahuan dan wawasan yang luas serta memahami lingkungan, sosial dan kebudayaan masyarakat.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon