Senin, 15 Mei 2017

Keadaan Masyarakat Arab Sebelum Islam Datang

Keadaan Masyarakat Arab Sebelum Islam Datang

Pasca meninggalnya Nabiyullah Isa 'alaihissalam, kepemimpinan Dunia mengalami perubahan besar. Hal tersebut mengakibatkan semakin banyaknya manusia yang menyimpang dari falsafah yang sudah dianut. Tidak hanya itu, mereka juga memasukkan ajaran-ajaran baru serta mengubah isi kitab suci yang ada. Dalam kegelapan dan kegersangan ini, Allah SWT kemudian mengutus Muhammad yang merupakan utusan (Rasul) dengan membawa ajaran agama Islam.

Kenabian merupakan rancangan daripada Tuhan yang tidak bisa diberikan lantaran usaha manusia. Allah SWT lebih tahu dimana dan terhadap siapa saja kenabian itu diberikan. Muhammad merupakan pilihan Allah SWT yang bertujuan untuk membawa risalah kenabian ke seluruh manusia di dunia. Muhammad mendapat perintah dari Allah SWT untuk mengemukakan amanat tersebut menurut kemampuan akal, kecerdasan dan pengetahuan yang dimilikinya. Sebab kebijaksanaan dan kegigihannya dalam memperjuangkan agama Islam, akhirnya beliau berhasil mengubah zaman jahiliyah yang tadinya rusak menjadi baik dalam kurun waktu yang singkat yakni selama 23 tahun.

Nabi Muhammad lahir dari kalangan kaum Quraisy terkemuka. Beliau menyiarkan ajaran agama Islam pertama kali di Kota Makkah selama kurun waktu sebelas tahun. Setelah di Makkah, beliau kemudian hijrah ke Madinah bersama dengan kaum Muslim lainnya. Sesampainya disana, beliau mendapatkan sambutan hangat dari penduduk Madinah sehingga disamping menjadi agamawan (rasul) beliau juga menjadi tokoh masyarakat yang dapat meletakkan dasar-dasar kemasyarakatan dalam mencapai terbentuknya penduduk yang tamaddun.

Jazirah Arab dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan Semenanjung Arabia, yaitu sebuah wilayah dimana ajaran agama Islam dilahirkan. Jazirah ini memiliki bentuk empat persegi panjang yang sisinya tidak sejajar, terletak di sebelah Barat Daya Asia. Di sebelah Selatan berbatasan dengan lautan Hindia, disebelah Timur dengan teluk Arab, di sebelah Barat dengan laut Merah, dan di sebelah Utara dengan Irak dan Syria.

Secara Geografis, jazirah Arab terbagi menjadi dua wilayah, yakni sektor pinggiran dan sektor tengah. Sektor tengah terdiri dari bukit pasir dan gurun serta beberapa pegunungan yang tidak begitu tinggi. Akibatnya penduduk yang hidup disana memutuskan untuk berpindah–pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sebab disana sangat jarang sekali turun hujan, selain itu mereka juga mencari tanah yang subur guna menghidupi unta dan ternaknya. Karena itu mereka disebut masyarakat nomaden.

Sektor pinggiran adalah sektor yang bisa dibilang bagian  maritim, oleh sebab itu masyarakatnya tidak nomaden sehingga mereka bisa mengembangkan kebudayaannya jauh lebih baik dibandingkan dengan masyarakat Badui yang nomaden, contohnya mereka dapat mendirikan kerajaan dan juga kota. Kerajaannya yang besar diantaranya adalah Hejaz dan Yaman. Di kawasan Hejaz inilah Islam pertama kali dilahirkan.

Hejaz sebagai tempat kelahiran Islam berbeda dengan negara lainnya di Semenanjung Arabia, ia dapat mempertahankan kemerdekaannya, tidak pernah dijajah ataupun dipengaruhi oleh negara lainnya. Jika dipandang secara ekonomi memang negara itu tegolong negara miskin, sehingga negara lain enggan untuk menjajahnya. Faktor yang lain adalah sejak Nabi Ibrahim masih hidup, bangsa Arab sepakat untuk menjaga dan memeliharanya dari ancaman penduduk luar. Keadaan yang demikian ini sangat mendukung terhadap berkembangnya kebudayaan di kawasan Hejaz.

Dilihat dari segi sejarahnya, kerajaan Hejaz merupakan pusat lahirnya agama besar, misalnya agama Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahimlah orang yang membangun Ka’bah di sekitar sumur zamzam pemberian dari Allah SWT. Dengan adanya air zamzam dan Ka’bah itulah kota Mekkah menjadi pusat hubungan dan kebudayaan bangsa Arab, di mana semua bangsa Arab bertemu di tempat itu di samping melakukan ibadah juga mengadakan penilaian seni antara penyair bangsa Arab. Bagi mereka prestasi mengarang syair bukan saja sebagai ekspresi kebebasan berfikir, namun juga merupakan instrumen prestige dan mobilisasi penduduk.

Dengan kata lain, masyarakat penyair adalah masyarakat elite bangsa Arab, oleh sebab itu bagi yang mencapai prestasi fantastis seketika itu pula tergolong kelompok elite masyarakat, padahal asalnya dari kelompok masyarakat bawah. Dalam struktur penduduk yang demikian inilah agama Islam masuk bersama dengan firman Allah SWT yang terbukti jauh lebih indah dari syair ciptaan penyair penduduk Arab, sehingga keunggulan Al–Qur’an akhirnya dapat menembus agama dan kepercayaan yang dianut oleh mereka, yaitu menyembah berhala.

Menurut catatan sejarah dan beberapa keterangan autentik, dalam Al–Qur’an dijelaskan bahwa sebelum agama Islam datang kepada bangsa Arab mereka awalnya menyembah berhala, terdapat sekitar 360 patung berhala yang mereka sembah. Latta Uzza dan Manat inilah yang paling besar diantara berhala lainnya.

Selain menyembah berhala, masyarakat Arab juga pernah menganut ajaran Zoroasta (penyembah api), penyembah bintang dan langit, khususnya dianut bagian Arab Timur. Penganut agama Yahudi juga ada, namun tidak banyak, karena agama Yahudi adalah khusus untuk Ras Yahuda, dan ras lain menjadi masyarakat kelas kedua bila masuk agama Yahudi.

Karena itulah kehadiran Islam di tengah–tengah bangsa Arab peluangnya sangat besar, sebab Islam adalah agama yang tidak membedakan antara ras dan golongan. Perbedaan seorang hamba hanya ditentukan oleh kualitas ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Zaman sebelum lahirnya agama Islam di tanah Arab disebut zaman jahiliyah. Penamaan itu menunjukkan garis batas yang menjadi pemisah antara zaman lama dengan zaman baru, dalam artian antara zaman sebelum Islam dan sesudah datangnya agama Islam.

Ditinjau dari segi kebangsaan, masyarakat Arab terbagi menjadi tiga yaitu bangsa Arab, bangsa Persia dan bangsa Yahudi. Lalu dari segi kepercayaan, pada umumnya mereka lebih banyak yang menyembah berhala. Selain itu, sebagian kecil dari mereka juga memeluk agama lain seperti Yahudi, Majusi dan Nasrani.

Adat Istiadat Bangsa Arab Sebelum Islam Datang


Sejarah perkembangan penduduk Arab tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatau bangsa yang diasuh dan dibesarkan oleh Islam. Sebaliknya Islam juga merupakan agama samawi, perkembangannya dipengaruhi peradaban bangsa Arab.

Lingkungan alam dimana suatu bangsa hidup serta berkembang memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan tingkah laku masyarakat, ekonomi, sosial, adat istiadat, serta budaya pada bangsa tersebut. Dalam kaitan dengan pengaruh lingkungan bangsa Arab terhadap corak perkembangan Islam, para sejarawan merumuskan sejumlah karakteristik tingkah laku penduduk Arab yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan Islam, antara lain:
  • Masyarakat Arab sangat cinta dan setia pada tradisi dan adat kabilahnya masing–masing yang tercermin dalam kegemarannya menjamu tamu–tamunya atas nama kabilah.
  • Meski demikian, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa pada masa jahiliyah penduduk Arab adalah penduduk yang amat sangat tidak beradab. Senang melakukan perampokan (menyamun) dan perusuhan, tidak mempunyai skill dan ilmu, namun pembawaan mereka sebenarnya murni, pemberani dan rela berkorban untuk hal–hal yang dipandangnya baik.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa penduduk Arab pada saat itu mempunyai dua sifat sekaligus yaitu sifat positif dan negatif. Sifat positif itulah yang akan menjadi penunjang perkembangan Islam dan pendorong perkembangan penduduk Arab. Sedangkan sifat negatif justru akan merusak persatuan mereka.

Kehidupan yang sangat tidak wajar dan keras di gurun pasir menyebabkan orang Arab memiliki tradisi buruk yaitu antara lain:
  1. Suka merampok, mencuri, berjudi, dan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginan.
  2. Memandang rendah derajat manusia, dan membunuh bayi-bayi perempuan yang baru lahir.
  3. Suka minum khomer yang memabukkan.
  4. Wanita seenaknya diperjual-belikan untuk menjadi pelampiasan nafsu laki-laki.
  5. Menyembah berhala, yang diletakkan disetiap rumah dan sudut kota. Berhala yang diagungkan oleh mereka adalah Latta Uzza dan lain-lain.
  6. Membunuh anak perempuan sejak nenek moyang sebab takut akan mendatangkan aib bagi keluarga dan takut kelaparan.
  7. Sangat menyukai peperangan. Peperangan antar kabilah dapat terjadi hanya lantaran perkara kecil. Contohnya seseorang dari satu kabilah menghina anggota kabilah yang lain, perbedaan pendapat berkenaan dengan hak-hak perorangan yang segera melibatkan kabilah masing masing.

Masa Pemerintahan Bangsa Arab Sebelum Islam Datang


Masyarakat Arab sebelum Islam datang belum mengenal sistem pemerintahan. Masing-masing kabilah memiliki pemerintahan sendiri yang dikepalai seorang syeikh yang bertugas sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam lingkungan kabilahnya. Disamping itu masing-masing kabilah juga memiliki seorang hakim yang bertugas untuk mengadili dan menetapkan keputusan mengenai berbagi perselisihan dan pertikaian yang terjadi di kalangan kabilah. Kabilah yang paling disegani saat itu adalah kabilah Quraisy dan mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Al-Qiadah ==> Al-Qiadah adalah majelis yang mengurusi angkatan perang negeri Mekkah, yang mempunyai angkatan bersenjata terdiri dari pasukan perang dan penjaga keamanan, dan tugas yang lainnya.

2. Diyat ==> Diyat adalah suatu majelis yang mengurusi masalah pengadilan, baik pidana maupun perdata.

3. Al-Hijabah ==> Al-Hijabah yakni yang bertugas mengurusi Ka'bah, sepeti menjaga, membuka, menutup, serta mencaga keamanan dan ketertiban Ka'bah.

4. Darun Dakwah ==> Darun Dakwah adalah suatu majelis permusyawarahan rakyat yang bertugas mengurusi masalah perundang-undangan dibidang politik, sosial dan budaya.

Agama Bangsa Arab Sebelum Islam Datang


Sebelum negeri Arab di datangi Islam, bangsa Arab sudah mempercayai akan ke-Esaan Allah sebagai Tuhan. Kepercayaan ini pada mulanya diwariskan oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail. Agama tersebut dalam Al-Qur’an disebut agama Hanif, yakni kepercayaan yang menyakini ke-Esaan Allah SWT sebagai pencipta langit dan bumi beserta isinya.

Berkaitan dengan ini, dalam Al–Qur’an surat An-Najm ayat 20-21 dan Az-Zuhruf ayat 87 menyebutkan bahwa sebenarnya mereka masih mempercayai ke-Esaan Allah SWT sebagai pencipta, pengatur dan pemelihara alam semesta. Jika ditanyakan kepada orang Arab, mengapa menyembah patung dan berhala, mereka menjawab bahwa semua itu dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT sang pencipta.

Akan tetapi waktu saat itu bangsa Arab mencampurnya dengan agama-agama lain, seperti kepercayaan menyembah matahari, pohon, roh, dan jin. Menurut pandangannya hal tersebut memiliki kekuatan yang dapat menjadikan makmur dan hidup tenang. Agama yang menyimpang tersebut dinamakan agama Watsaniyah. Meski demikian, ada juga masyarakat Arab yang tidak mudah terpengaruh oleh agama Watsaniyah. Mereka merupakan orang-orang yang memeluk agama Nashrani dan Yahudi. Pada dasarnya orang Arab tidak meninggalkan agama Hanif sepenuhnya, hanya saja mereka mencampurnya dengan agama Watsaniyah tersebut. Misalnya, pada masa jahiliyah orang Arab masih memuliakan Ka’bah, akan tetapi mereka mencampurnya dengan mengelilingi Ka’bah tanpa mengenakan busana serta masih banyak lagi pujaan yang lain.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebelum datangnya Nabiyullah Muhammad SAW, bangsa Arab telah menganut agama monotoisme. Agama tersebut diwarisi secara turun-temurun sejak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Agama ini dalam Al-Qur’an disebut Hanif. Kepercayaan akan ke-Esaan Allah SWT konsisten diyakini oleh bangsa Arab hingga kerasulan Muhammad SAW, hanya saja telah dicampur baurkan dengan tahayul dan kemusyrikan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bangsa Arab pra Islam tidak seburuk yang kita dibayangkan, tidak seluruhnya berperilaku biadab dan bodoh. Hal tersebut disebabkan bangsa Arab sebelumnya sudah menjalin hubungan yang sangat baik dengan bangsa lain seperti bangsa Romawi. Di samping itu, pada waktu itu bangsa Arab juga telah mempunyai badan-badan yang mengurusi berbagai hal dalam suatu kabilah, namun belum bisa mempergunakannya dengan baik.

Di abad 6 masehi, bangsa Arab pada waktu itu belum bisa membaca dan menulis, dan masih mengandalkan hafalan dalam mengingat peristiwa yang penting. Sehingga banyak peristiwa tidak dapat ditulis oleh sejarah.

Arab jahiliyah yang dimaksud ini bukan hanya karena buta aksara saja, namun lebih dari itu adalah bangsa yang tidak mempunyai peradaban, tidak mengenal aturan atau norma. Meskipun demikian, masyarakat pra Islam juga memiliki beberapa sifat yang baik, terutama bangsa Arab sebelah Utara yang masih keturunan dari Adnan. Mereka memiliki sifat ramah, pemurah, jarang melanggar amanat, dan juga sangat taat pada kepercayaan yang dianutnya, ingatannya pun tajam sehingga dengan mudah mereka mengingat syair-syair yang begitu indah. Dengan realitas seperti inilah sehingga pada periode Rasulullah SAW, mampu menumbuh suburkan ilmu periwayatan hadist yang merupakan bagian signifikan bagi khazanah hukum dan syariah Islam.

Sumber : https://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam_masa-muhammad.pdf

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon