Sabtu, 22 April 2017

Orang Hina di Mata Manusia Belum Tentu Hina di Mata Allah

Kisah Orang Hina di Mata Manusia Belum Tentu Hina di Mata Allah - Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna kecuali Rasulullah SAW dimana Beliau merupakan utusan Allah SWT yang paling istimewa. Manusia pada dasarnya terlahir mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kita harus sadar mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, maupun fikiran hendaknya tetap kita hormati.

Kisah yang berjudul Orang Hina di Mata Manusia Belum Tentu Hina di Mata Allah ini adalah sebuah kisah yang menceritakan adanya seorang budak yang dianggap hina oleh para tetangga majikannya, namun sebenarnya, budak tersebut amat sangat mulia di mata Allah, bahkan melebihi majikannya. Tanpa basa-basi, yuk langsung saja pada ceritanya.

Orang Hina di Mata Manusia Belum Tentu Hina di Mata Allah

Diriwayatkan dari Syaikh Abdul Wahid bin Zaid radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:

Pernah aku membeli seorang budak untuk menjadi pembantu rumah tanggaku. Setiap malam tiba aku mencarinya di rumahku, namun tidak menemukannya, padahal semua pintu terkunci seperti biasanya.

Setelah di pagi hari, ia datang dan memberi aku uang satu dirham yang terukir Surat al-Ikhlas. Aku bertanya kepadanya: "Darimana engkau peroleh uang ini?"

Ia menjawab: "Wahau gustiku, setiap hari engkau akan mendapatkan uang seperti ini dariku, asal engkau tidak mencari aku pada malam hari."

Budakku setiap malam selalu menghilang dan datang pada pagi harinya dengan membawa uang satu dirham yang tertulis dengan Surat al-Ikhlas.

Pada suatu hari, datanglah kepadaku para tetanggaku seraya berkata: "Wahai Abdul Wahid! Jual saja budakmu itu, karena ia seorang penggali kuburan!" Perkataan tetanggaku itu sempat menyusahkan hatiku, dan aku berkata kepada mereka: "Kembalilah kamu sekalian, aku akan menjaganya pada malam ini!"

Ketika malam tiba, setelah shalat Isya', budakku berdiri untuk keluar dari rumah. Ia memberi isyarah ke pintu yang terkunci pertama, tiba-tiba pintu itu langsung terbuka. Dan memberi isyarah lagi, pintu itu kemudian terkunci. Kemudian ia menuju ke pintu yang kedua. Ia memberi isyarah kepada pintu kedua yang terkunci, pintu itu lalu terbuka. Setelah memberi isyarah lagi, pintu itu pun terkunci. Begitu pula ia lakukan pada pintu yang ketiga. Aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri.

Kemudian ia keluar, aku mengikuti dan berjalan di belakangnya sampai ke bumi halus (gundul) tanpa tanaman. Kemudian ia melepaskan bajunya dan mengenakan kain tenun kasar dari bulu, lalu shalat sampai terbut fajar. Ia mengangkat kepalanya ke arah langit dan berdo'a: "Wahai Gustiku Yang Besar, datangkanlah ongkos gustiku yang kecil." Tiba-tiba jatuh dari langit satu keping uang dirham. Kemudian ia ambil dan ia masukkan dalam saku bajunya.

Melihat hal itu aku menjadi bingung dan betul-betul bingung yang amat sangat. Aku berdiri mengambil air wudhu dan shalat dua raka'at serta mohon ampun kepada Allah SWT dari dugaan tidak baik di dalam hatiku, dan berniat untuk memerdekakannya. Setelah itu aku mencarinya, namun tidak menemukannya. Kemudian aku pulang dengan sangat susah, tetapi aku tidak tahu bumi apa yang sedang aku tempati.

Tiba-tiba aku bertemu dengan seorang pengunggang kuda yang mengendarai kuda kelabu. Ia berkata kepadaku: "Wahai Abdul Wahid! Mengapa engkau duduk di tempat ini?" Aku pun menceritakan sesuatu yang aku alami.

Penunggang kuda bertanya: "Tahukah engkau, berapa jarak perjalanan antara tempat ini dengan negaramu?"

Aku menjawab: "Tidak!"

Penunggang kuda berkata: "Perjalanan dua tahun bagi penunggang kuda yang cepat. Maka engkau tidak dapat keluar dari tempat ini sebelum budakmu kembali kepadamu. Dan ia akan datang kepadamu pada malam ini."

Baca juga: Wanita Dibakar di Dalam Tungku, Selamat Bahkan Bertambah Cantik

Setelah malam gelap tiba, tiba-tiba aku bertemu dengannya yang datang sambil membawa wadah berisi makanan yang bermacam-macam, seraya berkata kepadaku: "Makanlah wahai gustiku, dan jangan kau ulangi lagi perbuatan seperti ini!"

Kemudian aku makan, dan dia berdiri shalat sampai terbit fajar. Setelah itu ia memegang tanganku dan mengucapkan suatu perkataan yang aku tidak paham, sambil melangkah bersamaku beberapa langkah. Tiba-tiba aku sudah berdiri di depan pintu rumahku.

"Wahai gustiku! Tidakkah kau telah berniat untuk memerdekakanku?" tanyanya kepadaku.

"Memang aku berniat seperti itu," jawabku.

Ia berkata: "Merdekakanlah aku dan ambillah harga diriku, engkau akan mendapatkan pahala!"

Kemudian ia mengambil sebuah batu dari tanah dan memberikannya padaku, lalu tiba-tiba batu itu berubah menjadi sepotong emas. Kemudian ia berjalan meninggalkanku. Tentu saja aku menjadi gelisah karena berpisah dengannya.

Suatu hari aku berkumpul dengan tetangga-tetanggaku, mereka bertanya: "Apa yang kau lakukan dengan si penggali kubur?"

Aku menjawab: "Ia bukan penggali kubur, akan tetapi Penggali Nur."

Kemudian aku ceritakan kepada mereka karomah-karomah yang telah aku saksikan sendiri dari budakku. Mendengar ceritaku, mereka menangis dan bertaubat dari dugaan buruk yang ada dalam hati mereka. Mudah-mudahan Allah meridhai mereka dan memberi manfaat sebab mereka.

Hikmah cerita: Ini adalah salah satu peringatan kepada setiap orang mukmin agar tidak mempunyai prasangka buruk kepada siapapun walaupun lahirnya seperti orang hina, sebab Allah SWT merahasiakan kekasih-Nya di tengah-tengah masyarakat.

Itulah sedikit daripada kisah Orang Hina di Mata Manusia Belum Tentu Hina di Mata Allah, semoga dengan adanya cerita ini kita semua dapat mengambil hikmahnya, terutama agar tidak menghina orang lain meski orang tersebut memiliki keterbatasan fisik.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon