Senin, 31 Oktober 2016

Akhlak Menerima Tamu yang Baik (Ulasan Lengkap)

Akhlak Menerima Tamu yang Baik (Ulasan Lengkap)

Pengertian Menerima Tamu

Pengertian menerima tamu menurut kamus bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai kedatangan orang yang berkunjung atau melawat dirumah kita. Secara istilah menerima tamu dimaknai menyambut seseorang yang berkunjung dirumah kita dengan berbagai cara penyambutan yang baik dilakukan menurut adat ataupun agama dengan tujuan agar menyenagkan atau memuliakan, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmat dan ridha dari Allah SWT.

Menerima kehadiran tamu yang datang kepada kita sebaiknya dapat menunjukkan kesan yang baik kepada tamu kita. Rasulullah SAW pernah berpesan,

(مَنْ كَاَنَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ فَالْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى

“ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian Islam memberikan kaidah agar setiap muslim dapat memuliakan tamunya yang datang, sebab memuliakan tamu adalah sebagai perwujudan keimanan kepada Allah dan hari akhir.

Etika Menerima Tamu

Berpakaian yang pantas

Sebagaimana orang yang bertamu, si pemilik rumah juga hendaknya memakai pakaian yang wajar pula dalam menerima kedatangan tamunya. Mengenakan pakaian yang pantas dalam menerima kedatangan tamu itu berarti menghormati tamu dan juga dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang berpakaian rapi, bersih dan sopan, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasululah SAW, “Makan dan minunmlah kamu, bersedekahlah dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada hambanya.” (HR. Baihaqi)

Menerima tamu dengan sikap yang baik

Selain berpakaian yang pantas, tuan rumah hendaknya juga menerima tamunya dengan sikap yang baik, misalnya dengan senyuman,  wajah yang cerah dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan wajah dan tidak mau memandangnmya secara wajar. Memalingkan wajah atau tidak memandang kepada tamu itu sama saja menunjukkan sikap sombong yang harus dijauhi.

Menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu mengada-adakan

Hal ini juga termasuk dalam salah satu cara menghormati tamu yang baik, yakni memberi jamuan kepadanya. Kewajiban menjamu tamu yang telah ditentukan Islam hanyalah sebatas kemampuan si tuan rumah. Oleh karena itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah yang mampu setidaknya menyediakan jamuan yang layak, sementara bagi yang kurang mampu hendaknya menyesuaikan dengan kesanggupannya. Jika hanya ada sebatas air putih maka air putih itulah yang disuguhkan. Jika segelas air putih pun tidak ada, cukuplah tuan rumah menjamunya dengan senyum dan sikap yang ramah

Lama waktu

Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu yaitu selama tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari waktu itu merupakan sedekah baginya. Rasulullah SAW bersabda,

(اَلضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةُ عَلَيْهِ (متفق عليه

“ Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya merupakan sedekah baginya.” (HR Muttafaqu Alaihi)

Mengantarkan tamu sampai ke pintu halaman

Salah satu sikap terpuji lain yang dapat menyenangkan tamu adalah dengan mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih senang jika diantarkan sampai pada pintu halamannya, karena mereka merasa dihormati oleh tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.

Melarang masuk tamu laki-laki jika didalam rumah hanya ada seorang wanita

Islam melarang wanita yang sendirian di dalam rumah untuk menerima tamu laki-laki, apabila di dalam rumah ada suami, maka diperbolehkan. Tujuan dari larangan adalah untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi terhadap diri wanita tersebut, sebagaimana Allah SWT menjelaskannya dalam QS. An-Nisa;" 34,

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“... Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) ...”. (QS. An-Nisa': 34)

Oleh karena itu, tamu laki-laki cukup ditemui diluar rumah saja, atau jika perlu diminta datang lagi ketika suaminya sudah tiba di rumah. Membiarkan tamu laki-laki masuk ke dalam rumah padahal dia (wanita tersebut) hanya seorang diri, sama saja dengan membuka peluang besar akan timbulnya berbagai macam fitnah ataupun bahaya bagi dirinya sendiri.
Baca juga: Etika Pentingnya Menjaga Pandangan Mata

Membiasakan Berakhlak Menerima Tamu

Memuliakan tamu dapat dilakukan dengan cara menyambut kedatangannya dengan wajah ceria serta tutur kata yang lemah lembut, mempersilahkan tamu duduk ditempat yang baik. Jika perlu, sediakan ruangan khusus untuk menerima tamu yang selalu dijaga kerapian dan kelestariannya.

Apabila ada tamu yang datang dari jauh dan ingin menginap, tuan rumah wajib menerima dan menjamunya maksimal tiga hari tiga malam. Lebih dari waktu itu terserah kepada tuan rumah untuk tetap menjamunya atau tidak. Menurut sabda Nabi SAW menjamu tamu lebih dari tiga hari nilainya dianggap sedekah, tidak lagi suatu kewajiban.

Hikmah Menerima Tamu

  • Setiap muslim sudah diikat oleh suatu ketentuan agar hidup bertetangga dan bersahabat dengan orang lain, meskipun berbeda agama atau suku.
  • Menerima tamu dapat diartikan sebagai perwujudan keimanan. Semakin kuat iman seseorang, maka semakin ramah dan santun pula saat menyambut tamunya, sebab orang yang beriman meyakini bahwa menyambut tamu merupakan bagian dari perintah Allah SWT.
  • Menyambut tamu juga dapat meningkatkan akhlak terpuji, mengembangkan kepribadian seseorang, dan tamu juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendpatkan kemaslahatan dunia maupun akhirat.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon