Kamis, 02 Februari 2017

Kisah Budak Hitam yang Mampu Menjaga Amanah

Kisah Budak Hitam yang Mampu Menjaga Amanah - Amanah jika didefinisikan memiliki arti dapat dipercaya. Lawan dari amanah ialah khianat yakni salah satu ciri kekafiran. Seseorang bisa dikatakan amanah yaitu orang tersebut akan berusaha untuk memenuhi dasar, kod etika, undang-undang dan janji-janji yang telah ditetapkan. Rasulullah SAW pernah menegaskan tentang hal semacam ini dalam sabdanya:

"Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah, dan tiada (pula) agama pada orang yang tidak menunaikan janji." (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Seseorang yang amanah adalah mampu menjaga perkataan orang lain yang sudah dipercayakan (dipasrahkan) oleh orang tersebut dengan rasa ikhlas dan tidak meminta suatu imbalan apapun. Seperti halnya kisah yang berjudul Budak Hitam yang Mampu Menjaga Amanah ini yang menceritakan adanya budak berkulit hitam yang mampu melaksanakan perintah dari majikannya. Oleh karena ia berhasil, maka ia diberi hadiah yang tidak terduga sebelumnya dari sang majikan. Berikut kisah lengkapnya!

Cerita Islami: Budak Hitam yang Mampu Menjaga Amanah

Diceritakan bahwasanya di kota Moro Iran ada seorang laki-laki yang bernama Nuh bin Maryam. Dia adalah pemimpin negara juga qadli di negeri itu. Dia mempunyai kedudukan yang tinggi, kemewahan dan kenikmatan serta kehidupan yang menyenangkan. Dia mempunyai seorang anak putri yang cantik, indah badannya, anggun yang sempurna. Karenanya, banyak sekali orang yang ingin meminangnya termasuk para pejabat, pemimpin dan orang-orang yang kaya.

Nuh bin Maryam masih merasa kurang senang mempunyai menantu salah seorang dari mereka dan menjadi bingung memikirkan jodoh putrinya. Di sisi lain, dia mempunyai budak yang hitam, berbangsa India yang bernama Mubarok.

Pada suatu hari dia memerintahkan Mubarok untuk menjaga perkebunan anggur yang menjadi miliknya. Dia berkata: "Wahai Mubarok, pergilah engkau ke perkebunan anggur dan jagalah buah-buahnya!" Mubarok pun berangkat menuju perkebunan dan menetap disana selama dua bulan.

Kemudian datanglah majikannya (Nuh bin Maryam) di kebun anggur itu dan berkata: "Wahai Mubarok, coba ambilkan aku setangkai anggur!" Mubarok berdiri dan memetik setangkai anggur dan di serahkan kepada majikan. Setelah di makan, ternyata masam.

Majikan berkata: "Ambilkan lagi setangkai anggur yang selain jenis anggur ini!" Mubarok pun memetik anggur jenis yang lain, ternyata anggur itu pun terasa masam.

Majikan berkata: "Kenapa engkau mengambilkan aku anggur yang masam, padahal dalam kebun ini banyak sekali buah-buah anggur yang manis?"

Mubarok menjawab: "Wahai gustiku! Aku tidak tahu mana anggur yang manis dan mana anggur yang masam."

Majikan berkata: "Subhanallah! Engkau sudah dua bulan berada di kebun ini, mengapa tidak tahu anggur manis dan yang masam?"

Mubarok menjawab: "Demi haqmu wahai gustiku, aku tidak pernah mencicipi anggur di kebun ini sedikitpun."

Majikannya bertanya: "Kenapa engkau tidak pernah makan anggur di kebun ini?"

Mubarok menjawab: "Wahai gustiku, karena engkau memerintahkan aku hanya untuk menjaganya tidak untuk makan darinya, dan aku tidak mau mengkhianati hartamu dan menyalahi perintahmu."

Sang majikan sangat heran kepada Mubarok dari keteguhan memegang agama dan sifat amanahnya, kemudian berkata: "Sungguh telah terjadi pada diriku, rasa senang padamu dan sungguh aku akan mengatakan sesuatu kepadamu dan engkau harus melaksanakan apa yang menjadi perintahku."

Mubarok menjawab: "Aku akan taat kepada Allah dan taat kepadamu."

Sang majikan berkata: "Aku mempunyai seorang putri yang cantik dan sudah sangat banyak orang-orang yang meminangnya dariku, termasuk para pejabat dan para pemimpin. Tetapi aku tidak tahu kepada siapa putriku harus aku nikahkan, maka aku ingin mendapatkan saran darimu, menurut pendapatmu."

Mubarok berkata: "Wahai gustiku, manusia di zaman Jahiliyah senang mempunyai menantu atas dasar asalnya, nasab, agama, dan kedudukan leluhurnya. Orang-orang Yahudi dan Nashrani senang mempunyai menantu yang tampan dan gagah. Di zaman Rasulullah saw, manusia senang mempunyai menantu yang kuat agama dan ketaqwaannya. Sedangkan di zaman kita sekarang, orang-orang senang mempunyai menantu yang berharta dan kedudukan. Maka pilihlah, wahai gustiku, mana yang engkau kehendaki!"

Sang majikan berkata: "Aku senang mempunyai menantu yang kuat agama dan ketaqwaannya, dan aku ingin menikahkan kamu dengan putriku karena aku telah menemukan pada dirimu agama, shaleh, dan amanah (kuat agamanya, keshalehan perilakunya dan dapat di percaya)."

Mubarok menjawab: "Wahai gustiku, aku hanya seorang budak, hamba sahaya yang hitam, berbangsa India, dan engkau akan menikahkan aku dengan hartamu. Maka bagaimana engkau akan menikahkan aku dengan putrimu? Dan bagaimana putrimu bisa merasa senang dan rela dengan aku?"

Sang majikan berkata: "Berdirilah bersamaku, pulang ke rumah untuk memikirkan hal ini disana!"
Ketika sang majikan telah masuk rumah, dia berkata kepada istrinya: "Wahai istriku! Budak ini adalah orang yang shaleh, kuat agamanya, dan bertaqwa kepada Allah. Aku ingin menikahkannya dengan putriku. Maka bagaimana menurutmu?"

Istrinya menjawab: "Perkara itu aku serahkan kepadamu, tetapi aku akan menemui putrimu dan memberitahukan kepadanya, kemudian aku akan kembali kepadamu."

Sang istri datang kepada putrinya dan memberitahukan apa yang dikatakan ayahnya. Sang putri berkata: "Hal itu aku serahkan ayah dan ibu. Dan sungguh aku tidak akan durhaka pada ayah dan ibu, serta tidak akan menyalahi ayah dan ibu."

Setelah mendapatkan jawaban dari putrinya, sang istri kembali menemui suaminya, dan memberitahukan apa yang menjadi jawaban putrinya. Kemudian sang majikan menikahkan putrinya dengan Mubarok dan memberikan modal kepada kedua mempelai dengan harta yang berjumlah sangat besar.

Singkat cerita: Mubarok dan putri majikan mempunyai anak laki-laki yang bernama Abdullah yang akhirnya terkenal dengan sebutan Abdullah bin Mubarok yang sangat tersohor di kalangan para Ulama' dam Auliya'. Dia adalah orang yang shaleh dan sangat dermawan.

Hikmah cerita: Ini adalah salah satu contoh bahwa kita harus menjaga amanah yang orang lain sudah mempercayai kita apapun yang terjadi.

Memang amanah ini adalah salah satu sikap yang terpenting dalam kehidupan. Jika kita sudah dipercaya oleh seseorang baik itu orang tua, saudara, kerabat atau teman sekalipun kita harus berusaha untuk dapat menjaganya. Sebab Rasulullah sendiri juga terkenal akan sifatnya yang Amanah selain Shiddiq, Fathonah dan Tabigh. Alangkah indahnya jika kita bisa meniru dari sifat-sifat Rasulullah ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Semoga dengan Kisah Budak Hitam yang Mampu Menjaga Amanah ini dapat menginspirasi kita semua agar senantiasa menjaga amanah, termasuk saya sendiri.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon