Kamis, 06 Oktober 2016

Upaya Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah

Upaya Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
Upaya Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah - Saat siksaan dan tekanan orang Quraisy semakin bertambah, Rasulullah SAW berencana memerintahkan kaum muslimin agar berhijrah ke Madinah. Hijrah yang itu dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, semenrara beliau bersama Abu Bakar menyusul setelah kaum muslimin tiba di Madinah.

Pada saat itu, berita akan datangnya Nabi Muhammad SAW mulai menyebar di Madinah, seluruh masyaralat Madinah bersiap-siap untuk menanti kedatangan beliau. Tatkala ketika beliau sampai di Madinah, beliau disambut dengan syair-syair yang indah dan penuh kegembiraan oleh penduduk Madinah.

Tujuan hijrah dari Makkah ke Madinah ini tidak hanya untuk berpindah dan menghindar dari ancaman orang Quraisy dan juga penduduk Makkah yang kurang menghendaki tentang pembaruan terhadap ajaran nenek moyang mereka, akan tetapi juga bermaksud untuk mengatur potensi serta menyusun strategi dalam menghadapi tantangan lebih lanjut, sehingga akan tercipta masyarakat baru mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Rasulullah SAW melalui perantara wahyu Allah SWT.

Dalam hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, ada beberapa peristiwa penting yang harus dicatat, antara lain:

1) Berita tersebarnya masuknya Islam sekelompok penduduk Yatsrib (Madinah) ini membuat orang-orang Quraisy semakin menekan terhadap orang-orang mukmin di Makkah. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan supaya seluruh kaum mukminin hijrah ke kota Madinah.

Para sahabat lalu berangkat menuju Madinah secara diam-diam agar tidak dihadang oleh musuh. Tetapi berbeda dengan Umar bin Khattab, ia justru mengumumkan rencananya untuk berangkat ke pengungsian pada orang-orang kafir Makkah. Ia berkata, "Siapa diantara kalian yang ingin berpisah dengan ibunya, silahkan hadang aku di lembah, karena besok pagi aku akan hijrah." Namun tidak ada seorang pun yang berani menghadang Umar bin Khattab.

2) Setelah mengetahui bahwa penduduk Yatsrib menyambut kaum muslimin dengan sangat baik dan mendapat penghormatan yang memuaskan, maka bermusyawarahlah kaum Quraisy di Darun Nadwah. Mereka merencanakan sesuatu untuk membunuh Rasulullah SAW yang diketahui belum berangkat bersama rombongan para sahabat. Hasil rapat memutuskan agar mengumpulkan seorang algojo dari setiap kabilah untuk membunuh Rasulullah SAW.

Pertinbangannya adalah, keluarga besar Nabi (Bani Manaf) tidak akan berani berperang melawan terhadap suku yang sudah mengutus algojonya masing-masing. Yang menjadi pilihan akhir yang mungkin diambil oleh Bani Manaf adalah rela menerima diat atau denda pembunuhan atas terbunuhnya Nabi. Keputusan ini lalu dilaksanakan dengan mengepung rumah Nabi SAW. Mereka mendapat instruksi: "Keluarkan Muhammad dari rumahnya dan langsung penggal tengkuknya dengan pedangmu!"

3) Di malam pengepungan tersebut, Rasulullah SAW tidak sedang tidur. Kepada keponakannya Ali r.a., beliau memerintahkan dua hal. Yang pertama, beliau mengutus Ali agar tidur (berbaring) di tempat tidur Nabi. Dan yang kedua, Ali diperintahkan untuk menyerahkan kembali semua harta titipan penduduk Makkah yang ada di tangan Nabi SAW kepada para pemiliknya.

Setelah itu, Rasulullah SAW keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh satu orang pun dari para algojo yang sedang mengelilingi rumahnya sejak senja hari. Rasulullah SAW lalu pergi menuju rumah Abu Bakar yang sudah menyiapkan dua tunggangan dan siap untuk berangkat. Abu Bakar menyewa Abdullah bin Uraiqith Ad-Daily untuk menuntun arah jalan yang tidak umum menuju Madinah.

4) Rasulullah SAW dan Abu Bakar berangkat menuju Madinah pada hari Kamis tanggal 1 Rabi'ul Awal tahun ke-53 dari kelahiran Rasulullah SAW. Hanya keluarga Abu Bakar dan Ali saja yang tahu keberangkatan Nabi SAW dan Abu Bakar. Sebelumnya dua anak Abu bakar, Aisyah dan Asma, sudah menyiapkan bekal cukup untuk perjalanan itu. Rasulullah SAW yang ditemani Abu Bakar berangkat menelusuri jalan Madinah-Yaman. Setelah sampai di Gua Tsur, Nabi dan Abu Bakar berhenti dan penunjuk jalan tersebut disuruh kembali secepatnya dan menyampaikan pesan rahasia Abu Bakar kepada putranya, Abdullah. Nabi SAW dan Abu Bakar bersembunyi didalam gua selama tiga hari. Setiap malam mereka ditemani oleh Abdullah bin Abu Bakar yang bertugas sebagai pengamat situasi sekaligus pemberi informasi.

5) Lolosnya Rasulullah SAW dari kepungan yang ketat itu membuat orang-orang Quraisy heran. Kemudian mereka melacak jalan Makkah-Madinah. Tetapi upaya yang mereka jalani gagal tanpa memberikan hasil.

Akhirnya mereka menelusuri jalan lain, yaitu Yaman-Madinah. Mereka menduga bahwa Nabi pasti bersembunyi di dalam Gua Tsur. Setibanya tim pelaca di sana, mereka kebingungan saat melihat mulut Gua Tsur tertutup sarang burung dan jaring laba-laba. Itu pertanda kalau tidak ada orang yang masuk ke dalam gua itu. Mereka tidak bisa melihat apa yang ada dalam gua, tetapi orang yang ada di dalamnya bisa melihat jelas orang-orang Quraisy yang berada di luar. Dan waktu itulah Abu Bakar merasa sangar khawatir terhadap keselamatan Rasulullah. Nabi berkata kepada Abu Bakar, "Hai Abu Bakar, kita ini berdua dan Allah-lah yang ketiganya."

6) Kaum kafir Quraisy tidak menyerah. Mereka mengumumkan kepada seluruh kabilah, "Siapa saja yang bisa menyerahkan Muhammad dan kawannya (Abu Bakar) kepada kami dalam keadaan hidup maupun mati, maka ia akan diberikan hadiah yang besar." Bangkitlah Suraqah bin Ja'syam yang langsung mengejar Rasulullah dengan harapan ia akan menjadi orang yang kaya raya dalam waktu singkat.

Sungguh sebenarnya jarak antara Gua Tsur dengan rombongan Rasulullah SAW sudah sangat jauh, tetapi ternyata Suraqah dapat menyusulnya. Saat sudah begitu dekat dengan Nabi, tiba-tiba kuda yang ditungganginya tersungkur, sementara pedang yang diayunkan ke arah Nabi masih terhunus di tangannya. Upaya Suraqah mengibaskan pedangnya itu sebanyak tiga kali, tetapi detik-detik itu pula kudanya tiga kali tersungkur sehingga tidak terlaksana maksud jahatnya. Kemudian Suraqah menyarungkan kembali pedangnya dan diliputi perasaan kagum dan yakin, bahwa iia benar-benar berhadapan dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul Allah. Saat kaki kuda yang ditunggangi Suraqah terperosok ketiga kalinya, ia memohon kepada Rasulullah untuk membantu mengeluarkannya. Setelah ditolong, ia meminta supaya Rasulullah berjanji akan memberinya hadiah berupa gelang kebesaran raja-raja. Dan Nabi pun menjawab, "Baiklah." Dan akhirnya Suraqah kembali ke Makkah dan berpura-pura tidak menemukan suatu apapun.

7) Rasulullah dan Abu Bakar baru tiba di Madinah pada 12 Rabi'ul Awal. Kedatangan beliau sudah ditunggu-tunggu oleh penduduk Madinah. Sudah sejak pagi hari mereka berkerumun di jalanan sampai pada pertengahan hari barulah mereka bubar. Seperti itulah penantian mereka kepada Nabi dalam beberapa hari sebelumnya.

8) Saat sedang melakukan perjalanan menuju Madinah, Nabi SAW singgah di Quba', yakni sebuah desa yang berada dua mil di selatan Madinah. Disana Rasulullah membangun sebuah masjid dan merupakan masjid pertama kali dibuat dalam sejarah Islam. Beliau bermalam disana selama empat hari kemudian meneruskan perjalanannya menuju Madinah.

Pada Jum'at pagi hari, beliau melanjutkan perjalannya dari Quba' dan sampai di perkampungan Bani Salim bin Auf persis tiba waktunya shalat Jum'at. Lalu shalatlah beliau di sana. Inilah Jum'at pertama kali dalam Islam, dan sebab itu khutbahnya pun adalah khutbah yang pertama.

Setelah itu Rasulullah SAW berangkat meninggalkan Bani Salim. Program awal beliau rencanakan setelah sampai di Madinah adalah menentukan lokasi di mana akan dibangun masjid. Dan ternyata lokasi itu adalah tempat dimana untanya berhenti setibanya di Madinah. Dan tanah yang dimaksud ialah milik dua orang anak yatim. Oleh karena itu, Raslullah SAW minta agar keduanya rela menjual tanah miliknya, tetapi mereka lebih suka menghadiahkannya. Namun beliau tetap saja ingin membayar harga tanah itu sebesar sepuluh dinar. Dengan senang hati Abu Bakar menyerahkan uang sepuluh dinar itu kepada mereka berdua.

Islam akhirnya mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Dimana lingkungan itu dapat memungkinkan Nabi Muhammad SAW untuk melanjutkan dakwahnya, menyebarkan ajaran agama Islam serta menjabarkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah tiba dan diterima oleh penduduk Yatsrib, Rasulullah SAW diangkat menjadi pemimpin masyarakat Madinah. Hal ini tentu saja membuat Nabi SAW disamping sebagai kepala/pemimpin agama, beliau juga menjabat sebagai kepala pemerintahan/negara Islam.

Tak beberapa lama kemudian, banyak orang-orang Madinah non Muslim yang berbondong-bondong masuk Islam. Untuk memperkokoh penduduk baru itu mulailah Rasulullah SAW meletakkan dasar-dasar tertentu, mengingat Yahudi dan penduduk Arab banyak yang masih menganut agama nenek moyang mereka, maka agar stabilitas masyarakat bisa terwujudkan, beliau mengadakan perjanjian dengan mereka, yaitu suatu piagam yang menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi. Setiap golongan masyarakat berhak menentukan agamanya masing-masing. Di samping itu setiap masyarakat juga berkewajiban untuk mempertahankan keamanan negeri dari serangan musuh.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

1 komentar so far

Upaya rasulullah patut kita apresiasi karena perjuangan atau upaya itu tidak mudah. Kalau tidak salah saya pernah dengar cerita seperti ini dari alhmarhum kakek saya dulu kang ;-)

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon