Kisah Enam Makhluk Allah yang Tawadhu' - Definisi dari Tawadhu’ adalah rendah hati atau bisa juga diartikan tidak sombong. Sementara pengertian yang lebih dalam adalah sifat rendah hati dan tidak menyombongkan diri terhadap sesama makluk Allah.
Seseorang yang tawadhu tentu orang tersebut sadar bahwa segala kenikmatan yang ada di dunia dan di akhirat kelak adalah semata karena Allah SWT. Dengan kata seseorang yang tawadhu ia tidak akan terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan prestasi yang sudah dicapainya.
Di dunia ini adalah beberapa makhluk Allah yang dkatakan memiliki sifat tawadhu sehingga Allah mengistimewakannya dibanding makhluk lain. Dan kisah Enam Makhluk Allah yang Tawadhu' ini akan menjelaskan bahwa betapa pentingnya kita sebagai seorang muslim untuk memiliki sifat tawadhu terhadap sesama.
Diceritakan dari Ka'ab al-Akhbar, ia berkata:
"Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa a.s.: "Wahai Musa! Apakah kamu mengerti, kenapa Aku memilihmu sebagai 'kalim' (orang yang diajak bicara) dengan tanpa perantara?"
Nabi Musa menjawab: "Engkau lebih mengerti tentang hal itu, wahai Tuhanku."
Allah berfirman: "Aku melihat hati para hamba-Ku dan Aku tidak melihat hati yang lebih tawadlu' daripada hatimu. Oleh karena inilah Aku mengajakmu bicara."
Dan dikatakan, sungguh ada enam sesuatu yang tawadlu' kepada Allah, kemudian Allah mengangkat derajatnya di antara sesamanya.
Yang pertama: Allah memberi wahyu kepada gunung-gunung: "Aku akan mendamparkan perahu Nabi Nuh a.s. dan orang-orang mu'min yang bersamanya diatas salah satu dari kalian." Gunung-gunung pun menunjukkan kebesaran dan ketinggiannya kecuali gunung al-Judy yang merasa tawadlu'.
Ia berkata: "Dari manakah aku mempunyai kekuatan hingga Allah mendamparkan perahu Nabi Nuh kepadaku."
Kemudian Allah mengangkat derajatnya diatas gunung-gunung yang lain dan mendamparkan perahu Nabi Nuh di atasnya sebab tawadlu'nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Hud.
Al-Judy adalah sebuah gunung yang terletak di daerah dekat kota Mushil.
Gunung-gunung yang lain bertanya: "Wahai Tuhanku, kenapa Engkau menutamakan gunung al-Judy diatas kami, padahal ia adalah gunung yang kecil?"
Allah menjawab: "Ia bertawadlu' kepada-Ku, sedangkan kalian takabbur. Dan wajib bagi-Ku atas orang-orang yang tawadlu' kepada-Ku untuk Aku angkat derajatnya, dan barang siapa yang takabbur kepada-Ku untuk Aku hinakan derajatnya."
Yang kedua: Allah memberi wahyu kepada semua gunung: "Sungguh Aku adalah Dzat yang mengajak bicara hamba-Ku diatas salah satu dari kalian semua." Gunung-gunung pun menyombongkan diri kecuali gunung Thurisaina'. Ia tawadlu' kepada Allah dan berkata: "Siapakah aku, hingga Allah mengajak bicara hamba-Nya diatasku." Oleh karena itu, perbincangan di antara Allah dan Nabi Musa a.s. berada diatas gunung Tsur.
Yang ketiga: Allah memberi wahyu kepada ikan-ikan: "Sungguh Aku adalah Dzat yang memasukkan Nabi Yunus dalam perut salah satu dari kalian." Ikan-ikan pun menyombongkan diri kecuali satu ikan, ia berkata: "Siapakah aku, hingga Allah mengangkat derajat dan memuliakannya sebab tawadlu'nya.
Yang keempat: Allah memberi wahyu kepada semua hewan yang bisa terbang: "Sungguh Aku adalah Dzat yang menaruh minuman dalam tubuh salah satu dari kalian semua sebagai obat bagi manusia." Semua hewan takabbur kecuali lebah, ia berkata: "Siapakah aku, hingga Allah mengangkat derajatnya karena tawadlu'nya."
Yang kelima: Allah memberi wahyu kepada Nabi Ibrahim a.s.: "Siapa kamu?"
"Aku adalah kekasih-Mu," jawab Nabi Ibrahim.
Allah bertanya kepada Nabi Musa a.s.: "Siapa kamu?"
"Aku adalah orang yang Engkau ajak bicara," jawab Nabi Musa.
Allah bertanya kepada Nabi Isa a.s.: "Siapa kamu?"
"Aku adalah ar-Ruh," jawab Nabi Isa.
Allah bertanya kepada Nabi Muhammad saw: "Siapa kamu?"
"Aku adalah anak yatim," jawab Nabi Muhammad.
Kemudian Allah mengangkat derajat Nabi Muhammad SAW diatas derajat para nabi yang lain.
Yang keenam ialah: orang mu'min yang tawadlu' kepada Allah dengan sujud serta mengEsakan-Nya akan di muliakan Allah dengan di lapangkan dadanya untuk Islam. Hal tersebut melalui cahaya dari Tuhannya.
Baca juga: Seorang Nashrani dapat Masuk Surga
Diceritakan dalam suatu hadits: "Ketika Rasulullah saw keluar dari Makkah hijrah ke Madinah. Setelah beliau memasuki pintu kota Madinah, orang-orang yang memegang kendali (tali unta) agar mau berhenti di rumah mereka. Kemudian Rasulullah berkata: 'Lepaskan tali unta itu karena dia mendapatkan perintah.' Mereka akhirnya melepaskan tali itu.
Setelah melewati rumah seorang laki-laki yang miskin lagi susah, dimana ia telah berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuasaan, niscaya Nabi Muhammad saw akan menjadi tamuku.'
Maka unta itu berhenti di depan rumahnya. Dia adalah Abu Ayyub al-Anshari. Orang-orang kaya menarik-narik kendali unta itu agar mau berdiri dan mau menuju rumah mereka, namun unta itu tetap tidak mau berdiri. Kemudian turunlah Malaikat Jibril dan berkata: 'Turunlah engkau disini, wahai Rasulullah! Karena Abu Ayyub adalah orang yang tawadlu' kepada Allah ketika engkau berada di pintu Madinah, dan mereka (orang-orang kaya) menghiasi rumahnya dan berkata: 'Nanti Rasulullah akan turun di rumah kami.' sedangkan Abu Ayyub al-Anshari berkata dalam hatinya: 'Aku adalah laki-laki yang fakir, mana mungkin aku punya derajat di sisi Allah sehingga Nabi Muhammad saw mau bertempat di rumahku.' Karena tawadlu'nya itulah Allah menempatkan nabi-Nya di rumah Abu Ayyub."
Hikmah cerita: Ini adalah contoh bahwa siapapun yang bertawadlu' akan di angkat derajatnya oleh Allah swt, dan siapa yang takabbur akan di rendahkan derajatnya oleh Allah swt.
Sungguh dalam kisah Enam Makhluk Allah yang Tawadhu' ini memberi petunjuk bagi kita tentang pentingnya sifat tawadhu dalam kehidupan. Dengan tawadhu tentu Allah akan mengangkat derajat kita dibanding makhluk lainnya.
2 komentar
Boleh tau kisah ini ada dalam kitab apa?
Durrotun nasihin
Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon