Kisah Seorang yang Berpendapat Sendiri Tentang Agama - Seorang yang dianggap memiliki ilmu memang akan terlihat lebih tinggi dibanding dengan seorang yang sedikit memiliki ilmu. Tapi disamping itu, akan ada rasa khawatir jika ada seseorang yang bertanya namun ia tidak mampu menjawabnya. Disini jika kita pernah mengalami hal itu akan lebih baik jika kita berkata jujur bahwa kita belum mampu menjawab pertanyaan tersebut, dan jangan sampai kita memberi jawaban menurut pendapat kita sendiri tanpa ada sumber yang jelas apalagi tentang masalah agama.
Sama hanya dengan Kisah Seorang yang Berpendapat Sendiri Tentang Agama ini yang menceritakan tentang adanya seseorang yang mengutarakan pendapatnya sendiri tentang agama terhadap orang lain, sehingga orang tersebut hanya bisa diam jika ditanya dengan seorang yang berpura-pura tidak mengerti namun sebenarnya ahli dalam bidangnya. Langsung saja simak kisahnya dibawah ini!
Diceritakan bahwasanya Sayyid Ja'far ash-Shodiq di sebut dengan "ash-Shodiq" sebab perkataannya yang suka jujur. Beliau adalah seorang yang alim, menguasai berbagai ilmu termasuk ilmu kimia. Beliau memiliki seorang putra yang bernama Sayyid Musa al-Khadzim. Sebagian dari wasiat-wasiatnya kepada putranya, Sayyid Musa al-Khadzim adalah:
Wahai anakku:
- Barangsiapa yang memanjangkan kedua matanya (menginginkan) apa yang ada di tangan manusia, maka akan menjadi fakir.
- Barangsiapa rela menerima apa yang menjadi pembagian allah swt untuknya, maka ia akan kaya.
- Barangsiapa yang membuka tabir cela masyarakat, maka akan terbuka cela rumah tangganya.
- Barangsiapa yang tidak ridla terhadap apapun yang di bagikan Allah swt untuknya, maka ia mencurigai Allah dalam keputusannya.
- Barangsiapa menggali lubang untuk kecelakaan temannya, maka ia akan terperosok ke dalamnya.
- Barangsiapa yang menghunus pedang untuk memberontak, maka ia akan terbunuh dengan pedang itu.
- Barangsiapa yang bercampur dengan ulama', maka ia akan menjadi mulia.
- Barangsiapa yang suka berkumpul dengan orang-orang bodoh, maka ia akan menjadi hina.
- Barangsiapa yang menganggap kecil kesalahan diri sendiri, maka ia akan menganggap besar kesalahan orang lain.
- Barangsiapa yang masuk ke tempat-tempat yang buruk, maka ia akan di curigai.
Ash-Syech Ibnu Syabronah pernah bercerita: "Pada sustu hari aku dari Imam Abu Hanifah menemui seorang yang alim bernama Sayyid Ja'far ash-Shodiq, kemudian aku berkata: "Laki-laki ini adalah salah satu dari Fuqoha' negara Irak."
Sayyid Ja'far ash-Shodiq bertanya: "Barangkali ia adalah seorang yang suka menganalogkan (mengqiyaskan) agama dengan pendapatnya, bukanlah ia bernama Nu'man bin Tsabit?"
"Oleh karena aku belum mengetahui namanya (Abu Hanifah), maka aku pun diam tidak menjawab." (kata Syech Ibnu Syabronah)
Abu Hanifah berkata: "Iya, namaku Nu'man bin Tsabit, mudah-mudahan Allah merahmatimu."
Sayyid Ja'far ash-Shodiq berkata kepada Abu Hanifah: "Takutlah kepada Allah dan jangan pernah mengqiyaskan agama dengan pendapatmu sendiri, sebab makhluk pertama kali orang yang melakukan hal itu adalah iblis, dimana ia berkata: "Aku lebih baik dari Adam." maka ia salah dan sesat dalam analognya."
Sayyid Ja'far ash-Shodiq bertanya: "Adakah engkau pandai mengqiyaskan kepalamu dari jasadmu?"
Abu Hanifah menjawab: "Tidak!"
Sayyid Ja'far ash-Shodiq bertanya: "Bisakah engkau menceritakan kepadaku mengapa Allah menjadikan rasa asin di dalam kedua mata, rasa pahit di dalam kedua telunga, dan air di dalam hidung, juga rasa tawar di kedua bibir?"
Aku Hanifah menjawab: "Aku tidak mengerti!"
Sayyid Ja'far aah-Shodiq berkata: "Sesungguhnya Allah menjadikan itu semua sebagai anugerah kepada para hamba-Nya. Sebab sesungguhnya kedua mata itu adalah lemak, seandainya tidak asin, maka akan hancur. Dan kedua telinga itu sebenarnya kesenagan binatang kecil yang melata, seandainya tidak merasa pahit maka binatang-binatang itu akan masuk dan memakan apa yang didalamnya. Dan kedua lubang hidung itu adalah untuk menyerap angin yang bersih dan kotor, maka seandainya tidak ada lendir air didalamnya, tidak akan dapat mencium. Dan kedua bibir itu untuk merasa makanan, seandainya tidak ada rasa tawar di dalamnya, maka tidak akan dapat merasakan makanan apapun."
Baca juga: Kisah Seorang Gadis Pelacur yang Bertaubat
Sayyid Ja'far ash-Shodiq bertanya lagi: "Wahai Anu Hanifah, ceritakan kepadaku kalimat yang awalnya syirik dan akhirnya iman?"
Abu Hanifah menjawab: "Aku tidak tahu!"
Sayyid Ja'far ash-Shodiq berkata: "Yaitu kalimat 'Laa ilaaha illallah."'
Kemudian bartanya lagi: "Ceritakan kepadaku nama yang lebih besar di antara dua dosa ini, membunuh atau berzina?"
Abu Hanifah menjawab: "Membunuh adalah lebih besar dosanya!"
Sayyid Ja'far ash-Shodiq berkata: "Seandainya membunuh itu lebih besar dosanya, mengapa Allah menerima dua saksi untuk pembunuhan dan tidak menerima saksi yang kurang dari empat untuk perbuatan zina."
Abu Hanifah diam tidak menjawab.
Sayyid Ja'far ash-Shodiq bertanya lagi: "Mana yang lebih utama, shalat atau puasa?"
Abu Hanifah menjawab: "Shalat!"
Sayyid Ja'far ash-Shodiq berkata: "Sebab apa Allah mewajibkan atas wanita haid untuk mengqada' puasa dan membebaskan darinya mengqada' shalat?"
Abu Hanifah diam tidak menjawab.
Sayyid Ja'far ash-Shodiq berkata: "Wahai Abu Hanifah! Takutlah kepada Allah dan jangan berkata dalam agama dengan pendapatmu, sebab kita di hari kiamat akan berdiri di hadapan Allah dan berkata: "Allah berfirman dan Rasulullah bersabda...," sedangkan engkau dan kawan-kawanmu akan berkata: 'Ini pandangan kami dan pendapat kami!' Allah akan melakukan apa saja yang di kehendaki untuk kami dan engkau sekalian.""
Hikmah cerita: Ini adalah salah satu contoh tawadlu'nya seorang fuqoha' saat berhadapan dengan salah satu dzurriyah Rasulullah saw yang alim
Memang sejatinya berpendapat sendiri tentang masalah agama tidak diperkenankan, sebab apabila kita melakukanya maka akan timbul fitnah di kalangan masyarakat dan tentu akan mendapat dosa. Oleh sebab itu alangkah baiknya jika kita mengetahui suatu persoalan langsung dari para Ulama atau kyai agar tidak terjerumus dalam kesesatan.
Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon