Waliyullah memang tidak pernah menunjukkan kalau dirinya adalah utusan Allah yang memiliki kelebihan. Mereka tidak pernah memamerkan apa yang dimilikinya. Dan kebanyakan dari mereka senang menyamar sebagai seorang yang miskin, seorang musyafir, bahkan pengemis sekalipun.
Seperti halnya yang pada kisah Penggembala Buta Huruf Menguasai Segala Ilmu ini yang menceritakan adanya seorang penggembala kambing yang buta huruf, namun mampu menguasai segala jenis ilmu. Berikut kisahnya!
Seperti halnya yang pada kisah Penggembala Buta Huruf Menguasai Segala Ilmu ini yang menceritakan adanya seorang penggembala kambing yang buta huruf, namun mampu menguasai segala jenis ilmu. Berikut kisahnya!
Diceritakan bahwa seorang penggembala bernama Syaiban al-Jamal dilemparkan di depan binatang buas supaya dimakan, ternyata binatang itu malah memandang dan menciumnya. Ketika ia di tanya, apa yang engkau ucapkan ketika engkau di lemparkan di depan binatang buas?
"Aku berfikir pendapat fuqaha tentang air liur binatang buas," jawab Syaiban.
Dia pernah pergi haji bersama Sufyan ats-Tsauri, tiba-tiba keduanya dihadang oleh seekor binatang buas, tentu saja Sufyan ats-Tsauri terperanjat takut, namun Syaiban tenang saja bahkan memegang telinga binatang itu sambil mengusap-usapnya, ternyata binatang itu tunduk dan menggerak-gerakkan telinganya. Dia berkata: "Demi Allah, seandainya aku tidak takut tersohor, niscaya selendangku aku taruh diatas binatang ini sehingga aku bisa sampai di Makkah al-Musyarrafah."
Diceritakan pada suatu hari Imam asy-Syafi'i dan Imam Ahmad berjalan bertemu dengan Syaiban sedang menggembalakan kambing. Imam Ahmad berkata: "Aku ingin bertanya kepada penggembala ini agar aku dapat mengetahui jawabannya."
Imam Syafi'i berkata kepadanya: "Jangan mengganggunya."
Imam Ahmad menjawab: "Aku harus bertanya kepadanya," seraya mendekat kepada Syaiban dan bertanya: "Wahai Syaiban, bagaimana pendapatmu tentang orang shalat empat raka'at kemudian lupa empat kali sujud, maka apa yang wajib ia lakukan?"
Syaiban ganti bertanya: "Apakah engkau bertanya kepadaku dari madzhab kami atau dari madzhab kalian?"
Imam Ahmad bertanya: "Apakah masalah itu ada dua madzhab?"
Syaiban menjawab: "Ya."
Imam Ahmad berkata: "Coba terangkan kepadaku kedua-duanya!"
Syaiban berkata: "Adapun menurut madzhab kalian, ia wajib melakukan dua raka'at dan sujud sahwi. Sedangkan menurut madzhab kami, dia wajib memperhatikan hatinya agar tidak mengulangi lagi."
Imam Ahmad bertanya lagi: "Bagaimana pendaptmu tentang seseorang yang memiliki 40 ekor kambing dan sudah berputar satu tahun. Apa yang wajib ia lakukan?"
Syaiban menjawab: "Menurut madzhab kalian, ia wajib zakat satu ekor kambing. Sedangkan menurut madzhab kami, seorang hamba itu jika bersama dengan sayyidnya tidak dapat memiliki apapun."
Mendengar perkataan itu Imam Ahmad langsung pingsan. Setelah sadar beliau berdua (Imam Ahmad dan Imam Syafi'i) pergi meneruskan perjalanan.
Syaiban adalah orang ummi (buta huruf). Jika seorang ummi dari kaum shufi memiliki kemampuan seperti ini, maka bagaimana pendapatmu tentang orang shufi yang berilmu?
Dua imam besar (Imam Hanafi dan Imam Syafi'i) berkata: "Jika ulama-ulama itu bukan wali Allah, maka Allah tidak punya wali."
Termasuk do'a-do'a Syaiban: "Ya Wadud, Ya Wadud, Ya Dza al-'Arsyi al-Majid, Ya Mubdi'u Ya Mu'id, Ya Fa'alu lima yurid as-aluka bi 'izzika alladzi la yurom wa bi milkika alladzi la yazul, wa bi nuri wajhika alladzi mala'a arkana 'arsyika wa biqudratika allati qadarta biha 'ala khalqika an takfiyani syarra adh-dhalimin ajma'in."
Artinya: "Wahai Dzat Yang Maha Kasih Sayang, Wahai Dzat Yang Maha Kasih Sayang, Wahai Dzat Yang Memiliki 'Arsy Yang Agung, Wahai Dzat Pencipta Pertama, Wahai Dzat Yang Mengembalikan, Wahai Dzat Yang Berbuat Apapun Yang Dikehendaki, aku mohon kepada-Mu yang tidak pernah hilang dan demi kerajaan-Mu yang memenuhi tiang-tiang 'arsy-Mu, dan demi kekuasaan-Mu yang Engaku gunakan menguasai semua makhluk-Mu agar Engkau menjaga diriku dari kejahatan orang-orang yang dhalim seluruhnya."
Diterangkan dalam kitab "ar-Risalah" bahwa: Syaiban pernah berada di rumah Abdullah al-Qusyairi, yaitu rumah yang dikenal dengan nama "rumah binatang buas" karena setiap saat ada binatang-binatang buas yang datang ke rumah itu kemudian Abdullah memberi makan dan minum, setelah selesai binatang itu pergi kembali ke hutan.
Sahal bin Abdillah berkata: "Pada hari-hari permulaan aku menjadi murid, aku mengambil air wudhu pada hari Jum'at dan pergi ke masjid jami', ternyata masjid sudah penuh manusia. Kemudian aku melakukan su'ul adab (perbuatan tercela) melangkahi pundak-pundak jama'ah hingga sampai di shaf yang pertama, kemudian aku pun duduk. Di samping kananku ada seorang pemuda yang tampan bentuk dan sifatnya. Ia bertanya kepadaku: "Wahai Sahal! Bagaimana keadaanmu?"
Aku menjawab: "Baik-baik saja. Mudah-mudahan Allah memberikan kebaikan kepadamu."
Aku merasa heran bagaimana dia bisa mengerti namaku, padahal ia tidak pernah bertemu denganku. Pada waktu itu aku terkena tekanan (kebelet: Jawa) kencing sehingga aku takut dan bingung. Bila aku keluar pastu akan melangkahi pundak-pundak jama'ah lagi. Jika tidak, aku tidak mampu untuk menahannya. Tiba-tiba pemuda itu menoleh kepadaku dan berkata: "Wahai Sahal! Apakah engkau terkena tekanan kencing?"
Aku menjawab: "Ya."
Pemuda itu melepaskan kain ihram dari pundaknya dan menutupkannya ke seluruh tubuhku seraya berkata kepadaku: "Berdirilah dan lakukan hajatmu dengan cepat agar tidak ketinggalan shalat." Tiba-tiba aku tidak sadarkan diri. Setelah sadar, ternyata aku sudah berada di pintu rumah yang terbuka dan mendengar panggilan seseorang: "Wahai Sahal! Masuklah dan lakukan hajatmu."
Kemudian aku pun masuk ke ruangan yang besar, di situ ada pohon kurma dan di sampingnya ada tempat bersuci, sikat gigi, handuk dan ruangan tempat istirahat. Aku mulai melepas semua bajuku dan melakukan hajatku, mengambil air wudhu dan menggunakan handuk, kemudian aku mendengar suara: "Wahai Sahal! Adakah engkau telah selesai melakukan hajatmu?"
Aku menjawab: "Ya."
Pemuda itu lalu mengangkat kain ihramnya dari tubuhku, ternyata aku sudah duduk di tempatku semula. Tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang apa yang aku lakukan sehingga aku berfikir dua kali dan aku menjadi bingung karena satu sisi aku menganggap ini adalah hal yang bohong dan satu sisi yang lain aku meyakini benar. Selesai melakukan shalat, aku mengikuti pemuda itu kemana ia pergi agar aku bisa mengenalinya. Ternyata pemuda itu masuk rumah di mana aku melakukan hajatku di dalamnya, kemudian ia menoleh kepadaku seraya berkata: "Wahai Sahal! Benarkah adanya?"
Aku menjawab: "Ya."
Kemudian aku mengusap kedua mataku dan membukanya, ternyata aku tidak melihat jejaknya. Mudah-mudahan Allah meridhainya.
Ini adalah satu contoh:
- Banyak sekali wali Allah yang pada lahirnya seperti orang ummi, akan tetapi menguasai segala ilmu baik ilmu syari'at maupun hakikat, karena ilmunya langsung diperoleh dari Allah SWT.
- Banyak juga para guru thariqah secata lahir sebagai orang ummi, akan tetapi menguasai semua ilmu baik lahir maupun batin, seperti: Syaikh Ali al-Khawwas, Syaikh Wali al-Ahdal, Syaikh Abil Ghaits, Syaikh Ahmad ash-Shoyyad, Syaikh Sa'id bin Isa dan lainnya. (Keterangan dari al-Habib Abdullah ba 'Alawi al-Haddad al-Hadlrami).
- Kata-kata Syaiban: "Seorang hamba jika bersama dengan sayyidnya, maka tidak bisa memiliki apapun, artinya: "manusia semua milik Allah dan apapun yang dimiliki manusia juga milik Allah, maka bila Allah menghendaki dari 40 ekor kambing, mungkin diberikan satu ekor, mungkin sepuluh ekor, mungkun separuhnya dan mungkin seluruhnya.
- Kita tidak boleh menganggap sepele kepada siapapun walaupun tampaknya hanya seorang penggembala kambing. Kita tidak tahu bahwa orang tersebut ternyata wali Allah. Wallahu A'lam.
Itulah kisah Penggembala Buta Huruf Menguasai Segala Ilmu yang saya tulis ulang dari buku 101 Cerita terjemahan dari KH. Moch Djamaluddin Ahmad pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhibbin Tambakberas, Jombang.
Semoga dengan adanya cerita diatas, kita semua bisa menjadi muslim yang lebih baik dari sebelumnya, dan tidak pula menghina seseorang yang kita anggap sepele. Sebab sejatinya, kita tidak pernah tahu bahwa orang tersebut ternyata seorang Waliyullah yang sedang menyamar.
Baca juga:
Baca juga:
Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon