Minggu, 05 Februari 2017

Kisah Pemuda Zuhud yang Suka Menyendiri

Kisah Pemuda Zuhud yang Suka Menyendiri - Zuhud adalah salah satu sifat yang sangat digemari Allah. Tidak banyak orang-orang yang mampu melakukan zuhud, sebab kebanyakan dari mereka masih memikirkan harta dan pangkat mereka.

Dalam pembahasan ini, Imam al-Junaid pernah mengatakan:

فالزاهد لا يفرح من الدنيا بموجود ولا يأسف منها على مفقود

Orang yang zuhud tidak menjadi bangga karena memiliki dunia dan tidak menjadi sedih karena kehilangan dunia. (Madarij as-Salikin, 2/10).

Dalam Kisah Pemuda Zuhud yang Suka Menyendiri ini diceritakan tentang adanya seorang pemuda yang kemudian berniat untuk berzuhud dan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara meninggalkan rumahnya dan menjadi seorang pengembara. Oleh sebab perbuatannya, maka Allah memberinya suatu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang seperti pada umumnya. Berikut kisah lengkap dari pemuda zuhud ini!

Cerita Islami: Pemuda Zuhud yang Suka Menyendiri

Diceritakan dari Abdusshomad al-Baghdadi r.a., sesunggunhnya ia berkata:

Aku berdagang dari kota Baghdad sampai negeri Yaman dan aku pergi haji setiap tahun. Pada suatu waktu, aku dalam perjalanan antara Mina dan Arafah, tiba-tiba aku melihat seorang anak muda yang bagus dan bersih pakaiannya, cemerlang wajahnya. Seolah-olah diatas wajahnya ada lampu dari cahaya. Ia tidur diatas pasir, di bawah kepalanya ada sebuah batu. Ia sedang mengalami sekarat pati.

Kemudian aku berjalan mendekatinya dan menyampaikan salam kepadanya, maka ia menjawab salam kepadaku. Aku bertanya: "Adakah engkau punya hajat, wahai anak muda?"

Ia menjawab: "Iya, agar engkau tetap di sisiku sesaat sampai aku wafat dan bertemu dengan Tuhanku. Bila aku sudah meninggal, maka timbunlah aku dengan debu dan ambillah tongkatku ini, lalu pergi ke Shon’a, Yaman. Dan Utsman berkirim salam pada kalian."

Kemudian pemuda itu berhenti berbicara di waktu yang lama sehingga aku menduga ia telah meninggal. Setelah sadar kembali, ia membaca ayat yang artinya: "Ini adalah sesuatu yang telah di janjikan Allah Yang Maha Penyayang. Dan benarlah para utusan." Kemudian ia menjerit dengan keras dan kemudian meninggal dunia. Mudah-mudahan Allah merahmatinya.

Aku memandikan dan mengkafaninya. Wajahnya bersinar laksana mutiara. Aku menshalatinya bersama dengan jama'ah dan mengebumikannya. Setelah itu, tongkat aku ambil dan pergi ke Shon'a, Yaman. Aku bertanya-tanya nama jalan yang di sebutkan padaku. Akhirnya aku memdapatkan petunjuk dan datang menuju rumahnya.

Dari rumah itu keluarlah kepadaku seorang wanita tua dan anak-anak perempuan. Kemudian aku serahkan titipan (tongkat) kepada mereka. Setelah mereka melihatnya, mereka menangis meratapi kematiannya, sedang wanita tua itu jatuh pingsan. Setelah sadar, ia berkata: "Dimana orang yang mempunyai tongkat ini?"

Kemudian aku menceritakan beritanya kepadanya. Wanita itu berkata: "Wallahi, dia adalah anakku, bernama Utsman. Dan mereka ini adalah saudara-saudaranya. Dia pergi meninggalkan istrinya, teman-temannya, dan pelayannya. Dia berzuhud di dunia dan keluar mengembara. Maka aku tidak tahu dimana ia pergi. Mudah-mudahan Allah membalasmu dari anakku dengan balasan yang lebih baik.
Baca juga: Enam Makhluk Allah yang Tawadhu'
"Wahai Tuhanku, jika Engkau tidak sayang selain orang-orang yang bersungguh-sungguh, maka siapakah yang menyayangi orang-orang yang teledor. Dan jika Engkau tidak menerima selain amal-amal orang yang ikhlas, maka siapakah yang akan menolong orang-orang yang beramal buruk. Dan jika Engkau tidak menerima selain orang-orang yang taat, maka siapa yang akan menerima orang yang bermaksiat. Dan jika Engkau tidak sayang selain orang yang berbuat baik, maka siapa yang akan menyayangi orang-orang yang berbuat salah. Padahal Engkau adalah Yang Paling Mulia dan Paling Kasih Sayang."

Hikmah cerita: Ini adalah salah satu contoh bahwa orang yang zuhud itu selalu menyendiri.

Memang benar adanya. Orang yang zuhud mereka lebih senang menyendiri untuk berdzikir kepada Allah daripada berbincang-bincang dengan orang lain. Mereka juga lebih senang mengembara daripada, tidak memikirkan harta yang ada di dunia, sebab mereka memikirkan kehidupannya di akhirat kelak sehingga ia menyibukkan segala urusannya di dunia.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon