Selasa, 04 Oktober 2016

Tafsir Surat An-Nisa' Ayat 36 Tentang Tanggung Jawab Manusia

Tafsir Surat An-Nisa' Ayat 36 Tentang Tanggung Jawab Manusia

1. Redaksi Ayat

وَعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦

2. Arti dan Makna Mufordat

  1. Kata عبادةَ atau ibadah dapat ditrejemahkan dengan "mengabdi, menyembah, dan taat". Kata tersebut bisa digambarkan menjadi "kekohohan" dan "kelemah lembutan". Sebab seseorang dinamakan mengabdi, menyembah, dan taat mengggambarkan situasi ketiadaberdayaan karena merasa butuh akan perlindungan atau takut terhadap murka.
  2. Kalimat وبالوالدين atau wabil walidayni berarti bakti kepada ibu-bapak. Kata penghubung bi ialah untuk mengandung makna bahwa Allah tidak menghendaki adanya jarak meski sedikit pun dalam hubungan antara anak dan kedua orang tuanya. Seorang anak harus selalu dekat kepada ibu-bapaknya.
  3. Kata إحسانا atau ihsana memiliki arti terbaik, mencakup segala sesuatu yang menyenangkan dan disenangi. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan perlakuan yang lebih baik dari kebaikan ibu-bapak.
  4. Kata الجار atau al jaaru berarti tetangga. Sementara para ulama menetetapkan bahwa tetangga merupakan penghuni yang tinggal di sekeliling rumah, sejak dari rumah pertama sampai rumah yang ke-40.
  5. Kalimat الصاحب بالجنب atau al ashokhibi bil janbi dipahami dalam arti istri, bahkan siapapun yang menyertai seseorang di rumahnya, termasuk para pembantu rumah tangga.
  6. Kata مختالا atau mukhtalan pada dasarnya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh khayalannya. Biasanya orang seperti ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan dibanding orang lain.
  7. Kata فخورا atau fakhuro berarti membanggakan diri dan mengandung makna kesombingan yang terdengar langsung dari ucapan-ucapan.

3. Terjemah

36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
Baca juga: Tafsir Surat Al-Hijr Ayat 94-96 Tentang Kewajiban Berdakwah

4. Analisa Kandungan dan Tafisr Ayat

Ibadah tanpa kemusyirikan

Menyembah dan mengabdi kepada Allah SWT dinamakan ibadah. Ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan hati, mengakui keEsaan-Nya serta tidak mempersukutukan-Nya dengan sesuatu. Ibadah yang dapat kita kerjakan sehari-hari sebagaimana contoh dari Rasulullah saw adalah sholat, berpuasa, zakat, naik haji dan lain-lain inilah yang dinamakan dengan ibadah khusus. Sedangkan ibadah umum contohnya adalah membantu fakir miskin, memelihara dan menolong anak yatim, mengingatkan sesuatu kepada orang lain jika salah, dan sebagainya. Dalam melakukan ibadah tersebut harus dibekali niat yang ikhlas, taat dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain.

Berbuat baik kepada orang tua

Dengan berbuat baik kepada ibu dan bapak itu sudah mencakup segala-galanya, baik dari segi perkataan maupun perbuatan yang dapat membuat mereka bahagia. Berperilaku lemah lembut dan sopan terhadap keduanya, itu juga termasuk berbuat baik kepadanya. Mengikuti nasehatnya, selama tidak bertentangan dengan syariat. Andaikata mereka memerintahkan kepada kita untuk berbuat yang bertentangan dengan agama, kita boleh tidak mematuhi, tetapi terhadap keduanya tetap dijaga hubungan baik.

Berbuat baik kepada karib kerabat

Setelah Allah menyuruh kita berbuat baik kepada ibu-bapak, kemudian Allah menyuruh agar berbuat baik kepada karib kerabat. Karib kerabat adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat sesudah ibu bapak, atau umumnya disebut dengan keluarga.

Berbuat baik kepada anak yatim dan orang miskin

Berbuat baik kepada anak yatim dan orang miskin ini bukan didasarkan oleh hubungan darah atau keluarga, akan tetapi semata-mata karena rasa iman kepada Allah SWT. Sejatinya iman inilah yang menumbuhkan rasa kasih sayang menyantuni anak-anak yatim dan orang-orang miskin, sebab Al-Qur'an sendiri sudah menjelaskan agar setiap muslim melakukan hal itu.

Berbuat baik kepada tetangga

Berbuat baik kepada sesama tetangga juga sangat penting, sebab pada hakikatnya tetangga itu juga merupakan saudara dan keluarga kita. Jika terjadi suatu masalah yang menimpa kita, dialah yang paling dulu datang dan memberikan pertolongan kepada kita baik di pagi, siang, dan malam hari.

Berbuat baik kepada teman sejawat

Perbuatan ini ditujukan kepada teman yang sama-sama dalam perjalanan, atau sama-sama dalam belajar. Maka kepada mereka harus diberikan pertolongan sehingga hubungan berkawan tetap terpelihara. Setia kawan adalah lambang ukhwah islamiyah, yakni lambang persaudaraan dalam Islam.

Berbuat baik kepada Ibnu Sabil

Berbuat baik kepada ibnu sabil adalah sikap menolong seseorang yang sedang dalam perjalanan, atau dalam perantanan yang jauh dari sanak famili dan sedang memerlukan pertolongan, disaat ia ingin kembali ke negerinya.

Ibnu sabil juga bisa diartikan sebagai anak yang tidak diketahui ibu bapaknya. Maka kewajiban seorang mukmin yaitu menolong anak tersebut, memeliharanya serta mencarikan keberadaan orang tuanya agar anak tersebut tidak terlunta-lunta hidupnya.

Berbuat baik kepada hamba sahaya

Berbuat baik kepada hamba sahaya ialah dengan jalan memerdekakannya. Namun, di zaman sekarang ini perbudakan sudah tidak ada lagi, sebab hal itu bertentangan dengan hak asasi manusia. Agama Islam pun sebenarnya tidak menginginkan adanya perbudakan itu, karena itu semua hamba sahaya yang bertemu sebelum Islam datang, berangsur-angsur di merdekakan oleh tuannya sehingga habislah masa perbudakan itu.
Baca juga: Tafsir Surat Al-An'am Ayat 70 Tentang Tanggung Jawab Manusia
Larangan sombong dan membanggakan diri

Yang dimaksud orang yang sombong serta membanggakan diri dalam ayat ini ialah orang-orang yang takabbur dalam gerak-geriknya yang memperlihatkan kebesaran dirinya, begitu juga dalam pembicaraannya yang nampak sombong, seolah-olah dia merasa lebih mulia dan menganggap orang lain rendah dan hina.

Sifat takabbur merupakan hak Allan, bukan hak manusia. Barang siapa yang memiliki sifat sombong dan takabbur berarti menantang Allah SWT. Biasanya orang-orang yang seperti ini memiliki hati yang busuk dan kasar budi pekertinya. Dia tidak bisa menunaikan ibadah dengan ikhlas, sebab ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain.

5. Kandungan Hikmah

  • Hakikat ibadah menyadari bahwa semua yang ada di dunia dan akhirat kelak berada di genggaman Allah SWT.
  • Kewajiban untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua.
  • Kewajiban untuk menjaga diri agar tidak berbuat sombong dan takabbur, sebab kedua sifat tersebut adalah perbuatan yang menantang Allah SWT.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon