1. Melihat sosok asli Malaikat Jibril
Jibril membimbing Nabi SAW ke sebuah batu besar, tiba-tiba Nabi melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Nabi Muhammad bersama malaikat Jibril naik tangga itu menuju ke langit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.
Dikatakan bahwa Rasulullah telah melihat sosok asli dari Malaikat Jibril yang mempunyai sayap sebanyak 600 sayap. "Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (QS. An-Najm 53: 13)
Asy-Syaibani berkata: Aku menanyai Zirr bin Hubaisy tentang firman Allah Ta'ala, maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (QS. An-Najm 53: 9) Dia menjawab: "Telah mengabariku Ibnu Mas'ud bahwasanya Rasulullah SAW telah melihat (rupa asli) malaikat Jibril. Ia memiliki 600 sayap." (HR. Muslim).
2. Pertama kali menerima perintah shalat
Di Sidratul Muntaha inilah Rasulullah pertama kali menerima perintah shalat 5 waktu. Perintah melaksanakan shalat tersebut pada awalnya adalah 50 kali dalam satu satu malam, akan tetapi karena pertimbangan dan saran dari Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad SAW sendiri akhirnya atas kemurahan Allah 50 waktu tadi berubah menjadi 5 waktu yang biasa disebut shalat fardhu.
3. Sampai di Sidratul Muntaha menggunakan kendaraan Buraq
Menurut berbagai riwayat, pada waktu itu Nabi SAW naik kendaraan yang bernama Buraq (binatang yang tingginya lebih tinggi dari keledai, lebih pendek dari kuda). Ketika Rasulullah SAW tiba di langit dunia, Jibril berkata kepada penjaga langit, "Bukalah." Penjaga langit itu bertanya, "Siapakah engkau?" Ia (Jibril) menjawab, "Aku Jibril." Penjaga langit itu bertanya lagi, "Apakah engkau bersama dengan seseorang?" Jibril menjawab, "Iya, aku bersama Muhammad SAW." Penjaga langit itu bertanya ketiga kali, "Apakah ia diutus untuk bertemu dengan-Nya?" Ia menjawab, "Ya, ia telah diutus untuk bertemu dengan-Nya."
Ketika penjaga langit membuka, mereka (Nabi Muhammad dan Jibril) naik ke langit dunia. Disana dijumpainya Nabi Adam yang di sebelah kanannya sudah berjejer para ruh ahli surga dan di sebelah kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan menuju langit ke dua sampai ke tujuh.
Di langit kedua Nabi bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ketiga Nabi bertemu dengan Nabi Yusuf. Nabi Idris di langit ke empat. Kemudian Nabi Muhammad bertemu Nabi Harun di langit kelima. Di langit keenam ada Nabi Musa dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Dan di langit ke tujuh ini Nabi SAW melihat Bayt al-Ma'mur,yakni tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, dan setiap yang sudah shalat disana maka mereka tidak akan pernah kembali lagi.
Terbentuknya kata Sidrat al Muntaha awalnya berasal dari kata Sidrah dan Muntaha. Sidrah artinya pohon bidara, sedangkan Muntaha adalah tempat berkesudahan.
Jadi dapat disimpulkan, Sidratul Muntaha adalah pohon Bidara tempat berkesudahan. Disebut demikian sebab disinilah satu-satunya tempat tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala maca urusan maupun perkara. Dalam Al-Quran istilah ini hanya sekali disebutkan yakni dalam Surat An-Najm, 53: 14: ...(yaitu) di Sidratil Muntaha.
4. Singgah di Baitul Ma'mur
Baitul Ma'mur, tempat Allah SWT menurunkan Al-Quran dengan sifat-Nya Al-Aziz (keseluruhan secara lengkap, Allah sudah mengetahui segala kejadian) yang kemudian dilanjutkan dengan sifat-Nya Ar-Rahiim, (melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah di bumi, dengan cara berangsur-angsur). Disini Rasulullah diberikan 3 pilihan minuman yaitu susu, madu dan khamr surga yang tidak memabukkan.
Pilihan Rasulullah SAW inilah yang menjadi takdir bagi umat beliau. Beliau memilih susu, maka "Engkau memilih untukmu dan umatmu dalam keadaan fitrah", yang berarti umat Islam dapat kembali suci. Lain halnya dengan umat terdahulu yang jika berdosa maka akan diberikan azab sesuai dengan dosa yang diperbuatnya.
Baca juga: Proses Terjadinya Isra' Mi'raj (Ulasan Lengkap)
Umat Islam bisa kembali suci ketika bulan Ramadhan, bulan pembakaran yang dapat menggugurkan dosa, menjadi suci seperti baru lahir. Pembakaran jiwa, agar kembali lucak dan mudah dibentuk menjadi bentuk yang paling baik di sisi Allah, yaitu taqwa. Dan minal aidzin wal faidzin, bukan dari Rasulullah, bermakna "Semoga Allah menjadikan engkau kembali suci dan menjadi pemenang."
5. Melihat Allah
Dalam konteks ini ada perbedaan pendapat dari kalangan para Ulama, apakah Nabi Muhammad SAW benar-benar pernah melihat Tuhannya? Dan jikalau pernah apakah beliau melihat-Nya dengan mata kepala atau mata hati? Masing-masing mempunyai argumennya sendiri-sendiri.
Diantara yang berpendapat Rasulullah pernah melihat Tuhannya dengan mata hati antara lain yaitu Baihaqi, Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, Syaikh Al-Abani berdasar riwayat dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: "Seandainya aku melihat Rasulullah, pasti aku akan bertanya kepadanya." Lantas dia berkata: "Sesuatu tentang apa?" Aku akan bertanya: "Apakah baginda pernah melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku telah menanyainya, kemudian beliau menjawab: "Aku telah melihat cahaya." (HR. Muslim)
Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon