Selasa, 21 Februari 2017

Proses Terjadinya Isra' Mi'raj (Ulasan Lengkap)

Proses Terjadinya Isra' Mi'raj (Ulasan Lengkap)

Isra' Mi'raj pada periode akhir kenabian di Makkah setahun Rasulullah hijrah ke Madinah. Menurut Abu A'la Maududi dan mayoritas ulama, Isra' Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yakni antara tahun 620-621 M. Menurut pendapat Al-Manshurfuri, Isra' Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, namun sebagian ulama ada juga yang menyebut terjadi pada tahun 12 kenabian.

Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Bayt Al-Maqdis, kemudian naik ke Sidratul Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu sangat singkat merupakan tantangan terbesar sesudah Al-Quran disodorkan oleh Allah kepada umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa 'ilm dan qudrat Tuhan meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi segala yang finite (terbatas) dan infinite (tidak terbatas) tanpa terbatas waktu dan ruang.

Peristiwa Isra' Mi'raj berawal dari Malaikat Jibril yang memperoleh perintah dari Allah untuk menjemput Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Allah secara langsung. Malaikat Jibril membangunkan Rasul dan membimbingnya keluar Masjidil Haram dan ketika sudah keluar diluar sudah ada kendaraan bernama Buraq yakni kendaraan yang memiliki kecepatan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya.

Sayyid Qutub dalam kitabnya yang bernama Fi Zhilal Al-Quran menyatakan, "Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa merupakan perjalanan yang murni pilihan daripada Zat Yang Maha Kasih dan Maha Lembut, yang menghubungkan akar kesejarahan agama-agama besar dari zaman Nabi Ibrahim dan Ismail sampai pada Nabi Muhammad SAW".

MenurutTtafsir Al-Qurtuby, kurang lebih ada 20 sahabat yang meriwayatkan tentang Isra', semua penulis kitab hadits mencantumkan tentang hadits Isra'. Menurut dia, kebanyakan haditsnya mutawatir dan shahih, diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang berbunyi:

Peristiwa di langit pertama

Dari Anas bin Malik r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Aku diberi Buraq, yakni seekor hewan yang berbulu putih, tingginya lebih dari keledai akan tetapi lebih pendek daripada bagal, bila ia terbang kaki depannya dapat mencapai batas pandangan matanya. Lalu aku menaikinya dan ia membawaku hingga sampai di Baitul Maqdis. Kemudian aku tambatkan ia pada tempat penambatan yang biasa dipakai oleh para nabi.

Peristiwa di langit kedua

Kemudian Malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang kedua, Jibril mengetuk pintu langit yang kedua. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?' Malaikat Jibril menjawab menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya'. Maka pintu langit yang kedua dibukakan bagi kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang anak bibiku, yaitu Yahya dan Nabi Isa. Lalu keduanya menyambut kedatanganku, dan keduanya mendoakan kebaikan buatku.

Peristiwa di langit ketiga

Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketiga, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang ketiga, lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab 'Muhammad'. Ditanyakan lagi kepadanya yang ketiga kali, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang ketiga bagi kami, tiba-tiba ku bertemu dengan Nabi Yusuf, dan ternyata ia telah dianugerahi separuh daripada semua keelokan. Nabi Yusuf a.s. menyambut kedatanganku, lalu ia mendoakan kebaikan bagiku.

Peristiwa di langit keempat

Kemudian Malaikat Jibril membawaku ke langit keempat, maka Malaikat Jibril mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi (yang ketiga kali) kepadanya, 'Apakah dia diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang keempat bagi kami, dan disana aku bertemu dengan Nabi Idris a.s., ia menyambut kedatanganku serta mendoakan kebaikan bagiku. Maka Allah berfirman : Maka Allah telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi.

Peristiwa di langit kelima

Kemudian Malaikat Jibril membawaku ke langit kelima, maka Malaikat Jibril mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi (yang ketiga kali) kepadanya, 'Apakah dia diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang kelima bagi kami, dan disana aku bertemu dengan Nabi Harun a.s., ia menyambut kedatanganku serta mendoakan kebaikan bagiku.

Peristiwa di langit keenam

Kemudian Malaikat Jibril membawaku ke langit keenam, maka Malaikat Jibril mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi (yang ketiga kali) kepadanya, 'Apakah dia diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang keenam bagi kami, dan disana aku bertemu dengan Nabi Musa a.s., ia juga menyambut kedatanganku serta mendoakan kebaikan bagiku.

Peristiwa di langit ketujuh

Kemudian Malaikat Jibril membawaku ke langit ketujuh, maka Malaikat Jibril mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi (yang ketiga kali) kepadanya, 'Apakah dia diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang ketujuh bagi kami, dan tiba-tiba aku bertemu Nabi Ibrahim a.s., yang sedang bersandar di Baitul Makmur. Dan ternyata Baitul Makmur itu setiap harinya dimasuki oleh 70 ribu malaikat yang selanjutnya mereka tidak pernah kembali lagi.
Baca juga: Pengertian Isra' Mi'raj Menurut Bahasa dan Istilah
Rasulullah mendapat perintah shalat

Selanjutnya Malaikat Jibril membawaku naik ke Sidratul Muntaha, disana terdapat daun-daun bagaikan telinga-telinga gajah dan buah-buahan bagaikan tempayan-tempayan yang besar. Ketika semua tertiup oleh Nur Allah, semuanya menjadi berubah. Maka waktu itu tidak ada seorang makhluk pun yang bisa menggambarkan keindahannya. Kala itu aku diberi wahyu Allah secara langsung, dan Dia telah (mewajibkan) kepadaku lima puluh kali shalat sehari semalam. (Dalam konteks ini Rasulullah mendapat perintah menunaikan shalat sebanyak 50 kali, namun dengan permohonan Rasulullah agar umat-Nya mendapat keringanan, maka dengan kemuliaan-Nya, akhirnya Allah menjadikan yang pada mulanya 50 waktu menjadi 5 waktu).

Setelah itu aku turun sampai pada tempat Nabi Musa yakni dilangit keenam. Maka Nabi Musa bertanya kepadaku, 'Apa yang diwajibkan oleh Tuhanmu atas umatmu?' Aku menjawab, 'Lima puluh kali shalat sehari semalam.' Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, kemudian mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan mampu untuk mengerjakannya, aku telah mencoba Bani Israil dan telah menguji mereka.

Rasulullah meneruskan kisahnya, maka aku kembali kepada Tuhanku, lalu aku mohon kepada-Nya, 'Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk umatku.' Maka Allah meringankan lima waktu kepadaku. Lalu aku kembali menemui Nabi Musa. Nabi Musa bertanya, 'Apa yang telah kamu lakukan?' Aku menjawab, 'Allah telah meringankan lima waktu kepadaku.' Maka sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan mampu melaksanakannya, maka kembalilah lagi kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan untuk umatmu kepada-Nya.

Maka aku masih tetap mondar-mandir antara Tuhanku dan perkataan Nabi Musa, dan Dia meringankan kepadaku dari lima puluh waktu menjadi lima waktu. Hingga akhirnya Allah berfirman, 'Hai Muhammad, shalat lima waktu itu untuk tiap satu hari satu malam, pada setiap shalat memiliki pahala setara dengan sepuluh shalat, maka itulah lima puluh kali shalat. Dan barangsiapa yang berniat untuk melakukan kebaikan, kemudian ternyata ia tidak melakukannya dituliskan untuknya pahala satu kebaikan. Dan jikalau ternyata ia melakukannya, dituliskan baginya pahala sepuluh kali kebaikan. Dan barangsiapa yang berniat melakukan keburukan, kemudian ia tidak melakukannya maka tidak dituliskan dosanya. Dan apabila ia melakukannya maka dituliskan baginya dosa satu keburukan.

Setelah itu aku turun sampai ke tempat Nabi Musa, lalu aku ceritakan hal itu kepadanya. Maka ia berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, kemudian mintalah kepada-Nya keringanan untuk umatmu, sebab sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melaksanakannya.' Maka aku menjawab, 'Aku telah mondar-mandir kepada Tuhanku hingga aku malu terhadap-Nya.' (HR Muttafaq Alaih)

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon