Pendekatan yang paling tepat untuk memahami peristiwa Isra' Mi'raj ini adalah pendekatan iman manusia. Inilah yang dialami oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, seperti yang pernah diucapankannya: "Apabila Muhammad yang memberitakannya, maka pasti benarlah adanya." Oleh karena itu, uraian tentang Makna Isra' Mi'raj ini seolah-olah menguji keimanan kita, namun hal tersebut sudah terkumpul bukti-bukti ilmiah yang dikemukakan oleh Al-Quran Al-Karim.
Sebelum Al-Quran mengakhiri pengantarnya mengenai persitiwa ini, serta sebelum diungkapnya peristiwa ini, digambarkan bagaimana kelak orang-orang yang tidak percaya dan bagaimana pula sikap yang harus diambilnya. Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya Surat An-Nahl 127-128:
"Bersabarlah wahai Muhammad, tiadalah kesabaranmu melainkan dengan pertolongan Allah, janganlah kamu bersedih hari terhadap (keingkaran) mereka. Jangan pula kamu bersempit dada terhadap apa-apa yang mereka tipudayakan. Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-prang yang berbuat kebajikan." (QS An-Nahl: 127: 128)
Ditemukan bahwa dalam Surat Al-Isra' ayat 78 diperintahkan kepada kita umat Islam untuk melaksanakan shalat lima waktu. Dan perintah shalat inilah yang merupakan inti dari peristiwa Isra' Mi'raj ini, sebab hakikat shalat pada dasarnya adalah kebutuhan mutlak untuk mewujudkan manusia yang sempurna, kebutuhan akal pikiran serta jiwa manusia.
Baca juga: 5 Peristiwa Penting Selama Mi'raj
Kesederhanaan dalam ibadah shalat tidak hanya tergambar dari adanya pengurangan jumlah shalat yang awalnya lima puluh (50) kali menjadi lima (5) kali dalam satu hari satu malam, tetapi juga tergambar dalam petunjuk yang sudah terpapang jelas dalam Surat Al-Isra' ini juga, yakni yang berkenaan dengan suara ketika melaksanakan ibadah shalat:
"Janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, tetapi carilah jalan tengah diantara keduanya." (QS. Al-Isra': 110)
Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon