Senin, 13 Maret 2017

Kisah Keutamaan Membaca Surat Al-Ikhlas

Kisah Keutamaan Membaca Surat Al-Ikhlas - Surat Al-Ikhlas adalah Surat ke 112 dalam Al-Quran yang mempunyai jumlah ayat sebanyak 4 ayat. Surat ini tergolong Surat Makiyyah yang berarti diturunkan di Makkah.

Dalam beberapa hadits, Asbabun Nuzul surat ini mengacu pada inti yang sama, yakni jawaban atas sifat-sifat Allah yang Esa. Segala sesuatu yang ada di dunia maupun di akhirat adalah kehedak-Nya. Awal mula surat ini turun adalah ketika kala itu kelompok Bani Quraisy bertanya kepada Rasulullah tentang leluhur Allah, sampai pada akhirnya turunlah Surat Al-Ikhlas ini.

Didalam Surat Al-Ikhlas terdapat banyak sekali keistimewaan didalamnya, salah satunya adalah yang pernah dialami oleh Ibnu Rumi. Untuk mengetahui sejarah lengkap beliau, simak kisahnya di bawah ini!

Kisah Keutamaan Membaca Surat Al-Ikhlas

Diceritakan bahwasannya di Baghdad ada seorang yang sholeh bernama Muhammad bin Ishaq ar-Rumi (w. 672 H). Ia hidup bersama dengan seorang istri dan dikaruniai beberapa anak. Pada suatu tahun, di Baghdad terjadi musim kelaparan yang melanda masyarakat. Ibnu Rumi dan keluarganya tidak menemukan makanan selama tiga hari, sehingga semuanya merasakan beratnya menanggung rasa lapar.

Pada hari yang ke empatnya, istrinya (putri pamannya sendiri) menyampaikan usulan kepadanya seraya berkata: "Aku dan kamu masih kuat dan sabar menanggung kelaparan seperti ini, akan tetapi bagaimana nasib anak-anak kita yang masih kecil?"

Ibnu Rumi berkata: "Apakah engkau tahu pekerjaan apa yang harus aku lakukan?"

Istrinya menjawab: "Iya, aku tahu. Datanglah engkau ke pasar pangkalan orang-orang ahli bangunan. Bila ada seseorang yang membutuhkanmu, dan bekerja memperoleh imbalan setengah dirham saja, aku rasa itu sudah cukup untuk memberi makanan anak-anak kita, demi rasa cintaku dan penghormatanku kepadamu."

Ibnu Rumi berkata: "Aku akan melakukan seperti yang engkau katakan."

Kemudian Ibnu Rumi mengambil cangkul dan keranjang keluar dari rumah dan pergi menuju pasar. Di tengah-tengah perjalanan, ia menemukan sebuah masjid yang sudah tidak terpakai. Dia masuk ke dalam masjid dan berjanji: "Demi kemuliaan dan keagungan-Mu, Ya Allah aku tidak akan bekerja pada hari ini, kecuali bekerja untuk-Mu."

Kemudian ia bersembahyang dengan menggunakan wudlu' dan shalat Shubuh. Tak henti-hentinya ia melakukan ruku' dan sujud satu hari penuh. Dalam shalatnya sehari itu, ia membaca surat al-Ikhlas sebanyak 11.000 kali. Setelah menjelang akan datang waktu Maghrib, ia melakukan shalat Maghrib dan bertujuan hendak pulang, akan tetapi ada bisikan didalam hatinya: "Bagaimana aku pulang pada saat ini kepada keluargaku, dan apa yang aku katakan kepada mereka bila mereka bertanya tentang hasil pekerjaanku?" Demi kemuliaan dan keagungan-Mu, Ya Allah aku tidak akan keluar dari masjid ini, sampai aku melakukan shalat Isya' yang akhir."

Tak henti-hentinya ia ruku' san sujud sampai waktu Isya'. Setelah melakukan shalat Isya' di waktu yang akhir, ia keluar dari masjid dan pergi menuju rumahnya. Setelah sampai di depan pintu, ia mendengar suara tertawa yang keras, sehingga menduga ada sesuatu yang tidak baik seraya mengatakan: "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roji'uun! Aku telah meninggalkan istri dan anak-anakku dalam keadaan kelaparan yang amat sangat. Kenapa ada suara tertawa yang sangat keras, jangan-jangan sesuatu telah terjadi kepada mereka." Kemudian ia menangis sejadi-jadinya dan mengetuk pintu rumah.

Dan keluarlah sang istri seraya berkata: "Ahlan wa Sahlan." Istrinya tampak riang dan gembira seraya berkata: "Tiada harimu melainkan hari yang berkah. Mudah-mudahan Allah membuat kenyang perutmu, seperti halnya engkau membuat kenyang perut kita."

Ibnu Rumi masuk rumah, tiba-tiba ia melihat di dalam rumah ada cahaya yang sangat terang, dan melihat dua hidangan yang sangat banyak tertutup dengan taplak meja yang sangat indah, kemudian ia bertanya: "Hidangan apa ini?"

Istrinya menjawab: "Wahai putra pamanku, (sebutan suaminya) di waktu terbenam matahari, aku duduk dan merasakan kelaparan yang amat sangat, sedangkan anak-anak kita hampir direnggut kematian. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Aku berdiri dan membukakan pintu. Tiba-tiba ada seorang pemuda memakai pakaian serba hijau, disertai dua orang laki-laki yang membawa bingkisan hidangan. Pemuda itu berkata: "Wahai wanita muda! Apakah ini rumah Ibnu Rumi?"

Aku menjawab: "Iya."

Dia berkata lagi: "Ini, ada sebuah kantong yang berisi 100.000 dinar, serahkan kepada suamimu dan katakan padanya: 'Majiakanmu kirim salam kepadamu dan mengatakan: 'Tambahkanlah pekerjaanmu, aku akan menambah ongkosmu.' Dan ini adalah makan malam untuk suamimu (kata pemuda itu)."

Sang istri melanjutkan perkataannya: "Bingkisan itu kemudian aku terima darinya, dan ia pun kembali. Aku masuk rumah dan membuka dua bingkisan itu. Dari dalam bingkisan, aku menemukan makanan yang enak, roti yang banyak, dan kenikmatan yang amat sangat sama sekali aku belum pernah merasakan makanan seperti itu. Demi Allah, wahai putra pamanku! Kepada siapa engkau bekerja pada hari ini?"

Ibnu Rumi menjawab: "Kepada seorang Raja yang sangat Dermawan, yang sama sekali aku tidak pernah melihat seorang Raja yang lebih Dermawan dan lebih Mulia daripada-Nya, sungguh Ia telah memberiku sesuatu yang baik dan amat sangat banyak."

Istrinya bertanya: "Wahai putra pamanku! Aku dan anak-anak sudah makan. Maka makanlah, kemudian tidurlah!"

Ibnu Rumi bertanya: "Aku masih mempunyai tanggungan shalat. Setelah aku melakukan shalat, baru aku tidur."


Kemudian ia masuk mihrab, tak henti-hentinya ia ruku' dan sujud sampai lewat tengah malam. Ia tidak mampu menahan rasa kantuk, kemudian tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi seolah-olah ia bersimpuh dihadapan Allah."

Allah berfirman: "Wahai Ibnu Rumi! Bagaimana hubungan kerjamu dengan Aku?"

Ibnu Rumi menjawab: "Sebuah hubungan kerja yang sangat baik."

Allah berfirman: "Wahai Ibnu Rumi! Aku tingkatkan derajatmu 10.000 derajat. Aku tetapkan bagimu 10.000 kebajikan. Aku hapus kesalahanmu 10.000 kesalahan. Apakah engkau sudah merasa senang?"

Ibnu Rumi menjawab: "Iya wahai Tuhanku, aku merasa sangat senang."

Allah berfirman: "Wahai Ibnu Rumi! Mohonlah kepada-Ku apa saja yang engkau kehendaki, pasti akan Ku beri."

Ibnu Rumi berkata: "Wahai Tuhanku! Aku mohon kepada-Mu agar Engkau menerima apa saja yang aku lakukan pada hari ini dan pada hari-hari sebelumnya. Dan aku mohon agar Engkau mencabut nyawaku agar secepatnya aku dapat bertemu dengan-Mu."

Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku-lah yang menentukan kematian, Aku tidak akan menambah ajal juga tidak akan menguranginya. Aku memberitahukan kepadamu bahwa umurmu tinggal sembilan hari."

Ibnu Rumi berkata: "Wahai Tuhanku! Jagalah diriku, sehingga Engkau mencabut nyawaku dalam keadaan Islam."

Allah berfirman: "Aku akan selalu menjagamu."

Ibnu Rumi berkata: "Wahai Tuhanku! Demi kemuliaan-Mu, sungguh akan aku tambah amalku."

Allah berfirman: "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan memberimu suatu pemberian, yaitu: terbebas dari pedihnya api neraka, dan akan menempatkanmu di samping-Ku dalam surga."

Ibnu Rumi berkata: "Kemudian aku terbangun dari tidurku dan aku menceritakan apa yang aku lihat dalam mimpi kepada istriku, maka istriku merasa susah yang amat sangat. Kemudian aku membelikan sebuah tempat tinggal untuk istri dan anak-anakku, dan budak pelayan untuk melayani mereka.

Ibnu Rumi berpamitan kepada kawan-kawan dan keluarganya pada hari yang kesembilan, kemudian masuk mihrab dan melakukan shalat didalamnya, menghadapkan wajahnya ke Kiblat sampai menemui ajalnya dan bertemu Allah dengan rahmat-Nya.

Hikmah cerita: Inilah adalah sebagian dari firman fadhilah memperbanyak membaca surat Al-Ikhlas.

Dari kisah diatas tentu saja terdapat fadhilah yang terkandung, yakni betapa dahsyatnya keutamaan Surat Al-Ikhlas ini. Semoga termotivasi.

Artikel Terkait

Salah satu santri TPQ Rahmatul Ihsan yang ingin berbagi pengetahuan di dunia maya.

Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon